Perbedaan Itu Rahmat Hadits Dhoif Bahkan Bukan Hadits

Perbedaan Itu Rahmat Hadits Dhoif Bahkan Bukan Hadits
Perbedaan Itu Rahmat. Demikian kita sering mendengar atau membaca. Ungkapan perbedaan itu rahmat sering dikemukakan ustadz atau penceramah, diikuti oleh jamaahnya.

Seakan-akan, ungkapan "perbedaan itu rahmat" adalah hadits atau ucapan Rasulullah Muhammad Saw. Lengkapnya: Ikhtilafu Ummati Rahmatun - “Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat’.

Padahal, ungkapan itu tidak ditemukan di kitab hadits mana pun. Silakan jika di antara pembaca bisa menunjukkan bahwa itu hadits.

Jelas, perbedaan adalah rahmat adalah Hadits Dhoif, bahkan Bukan Hadits. Faktanya pun, perbedaan bukan menjadi pemersatu, tapi sumber pecah-belah dan masalah.

Tidak mungkin Rasulullah Saw mengeluarkan hadits atau ucapan yang bertentangan dengan fakta sosial. Maka, sekali lagi, ungkapan perbedaan adalah rahmat bukan hadits. Hadits tersebut tidak sah, bahkan batil dan tidak ada sumbernya.

Sebagaimana dibahas almanhaj, Imam Subki berkata: “Saya tidak melihat Hadits tersebut mempunyai sanad yang sah, atau dha’if, atau palsu.”

Aku (Al-Albani) menyatakan: “Hadits yang ada lafadznya adalah: “Perbedaan pendapat di kalangan sahabatku (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah rahmat bagi kamu sekalian”.

Hadits lain berbunyi : “Para sahabatku laksana bintang di langit. Siapa pun di antara mereka yang kamu ikuti, niscaya kamu mendapatkan petunjuk”.

Kedua Hadits ini tidak sah. Hadits pertama sangat lemah dan Hadits kedua palsu. Saya telah menjelaskan analisa terhadap Hadits ini dalam Kitab Adh-Dha’ifah Hadits no. 58, 59 dan 61.”

Hadits palsu tersebut di atas bertentangan dengan Al-Qur’an karena ayat-ayat Al-Qur’an melarang berselisih pendapat dalam urusan agama dan menyuruh bersatu.

Ayat-ayat tentang hal tersebut sudah sangat populer. Akan tetapi, tidaklah mengapa di sini saya paparkan sebagian sebagai contoh, yaitu firman Allah dalam Qs. Al-Anfal (8) ayat 46: “Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.”

Allah juga berfirman dalam Qs. Rum (30) yat 31-32: “Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang musyrik, yaitu mereka mencerai-beraikan agamanya dan bergolongan-golongan. Setiap golongan membanggakan apa yang ada pada mereka.”

Allah berfirman dalam Qs. Hud (11) ayat 118-119: “Mereka terus-menerus berselisih kecuali orang yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu”

Ayat terakhir bahkan menegaskan pertentangan antara berselisih dan rahmat. Orang yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT tidak akan berselisih. Jadi, mana mungkin perbedaan itu rahmat?

Posting ini sekadar memberi kita pemahaman dan tidak mudah mengutip sebuah ungkapan dan menyatakannya sebagai hadits. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Kian Jelas Siapa Kawan Seiman dan Seperjuangan

Kian Jelas Siapa Kawan Seiman dan Seperjuangan
AKSI demonstrasi terkait kasus penistaan agama oleh Ahok, terutama setelah aksi damai 4 November dan rencana aksi damai jilid III 2 Desember 2016, setidaknya menguak tabir siapa kawan seiman dan seperjuangan dan siapa yang tidak seiman-seperjuangan.

Ekstremnya, kian jelas siapa kawan siapa lawan. Mereka yang pro, tersirat dan tersurat dari komentar di dunia nyata dan dunia maya (media sosial), kian jelas.

Mereka yang kontra juga kian jelas. Aksi Damai Bela Islam sejatinya mengandung makna mendalam, bukan sekadar persoalan seorang Ahok, tapi persoalan masa depan Islam, kaum Muslim, dan bahkan masa depan Indonesia.

Orang-orang yang kontra Aksi Damai meneriakkan slogan dan isu NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Pertanyaan kita, apakah aksi damai mengancam NKRI? Sama sekali TIDAK. Apakah aksi damai umat Islam mengusik Kebhinekaan bangsa Indonesia? Sama sekali TIDAK.

Yang jelas-jelas mengusik dan mengancam NKRI adalah kelompok atau gerakan separatis seperti kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan Republik Maluku Selatan (RMS).

Yang juga mengancam NKRI sejatinya adalah kelompok berduit yang berusaha mengendalikan pemerintahan dan Polri agar "bisnis impor barang dan manusia" ke Indonesia lancar jaya tanpa hambatan. Lambat-laut negara Indonesia akan mereka kuasai dan dipecah-belah.

Jadi, aksi damai umat Islam sama sekali tidak ada kaitan dengan NKRI atau Bhinneka Tunggal Ika. Justru umat Islam-lah yang menjaga keutuhan NKRI dan kebhinekaan itu.

Sayangnya, di kalangan internal umat Islam sendiri muncul individu dan kelompok/organisasi yang justru tidak sejalan dengan visi-misi perjuangan mayoritas ormas/umat Islam. Merekalah yang dimanfaatkan kelompok anti-Islam untuk merusak kesolidan perjuangan umat Islam dari dalam!

Umat Islam bersatu akan sangat kuat dan sulit dikalahkan. Itu fakta. Kini kaum Muslim Indonesia mulai menunjukkan kekuatannya, dengan "people power" aksi jalanan, karena --seperti kata Iwan Fals-- di jalanan kami sandarkan cita-cita, karena di rumah tak ada yang bisa dipercaya --karena yang menangani kasus Ahok tidak bisa dipercaya, bahkan terkesan melindungi dan berusaha membebaskannya dari hukum yang semestinya.

Silakan tanya intelijen independen, apa sebenarnya yang sedang terjadi di Indonesia saat ini. Bukan umat Islam yang mengancam NKRI, tapi kekuatan asing yang memanfaatkan orang dalam untuk menguasai ekonomi-politik Indonesia, lalu menghidupkan kembali paham terlarang di Indonesia.

Kita heran dengan yang disebut ulama, namun sikap dan pandangannya "tidak kompak" dengan mayoritas ulama lain. Alih-alih mendukung perjuangan umat Islam, mereka malah menghambat dan dimanfaatkan kelompok anti-Islam.

Umat Islam yang sudah muncul ghirah-nya tidak akan bisa dibendung. Para mujahid Islam itu tidak takut mati, bahkan kematian dalam perjuangan (fi sabilillah) merupakan cita-cita untuk meraih gelar syuhada.

Sekali laki, kita cermati, kasus aksi damai bukan hanya persoalan penistaan agama, tapi juga membuka kedok mereka yang sudah dikendalikan kekuatan anti-Islam, juga membuka tabir siapa kawan seiman seperjuangan dan siapa yang tidak masuk dalam shaf akbar umat Islam. Wallahu a'lam bish-shawabi. (Admin).*

Hukum Shalat Jumat di Jalan Raya - Luar Masjid

Hukum Shalat Jumat di Jalan Raya - Luar Masjid
Hukum Shalat Jumat di Jalan Raya atau di Luar Masjid menjadi isu hangat terkait rencana aksi bela Islam jilid III pada Jumat 2 Desember 2016. Menurut rencana, massa akan shalat Jumat di jalan raya sebelum melakukan aksi demo.

Kapolri bahkan meminta fatwa MUI soal  Hukum Shalat Jumat di Jalan Raya (Luar Masjid).

Pendapat pribadi bermunculan antara boleh, tidak boleh, bahkan ada yang mengatakan bid'ah. Bagaimana sebenarnya hukum Hukum Shalat Jumat di Jalan Raya atau Luar Masjid?

Yang pasti, hukum Shalat Jumat di luar masjid (tempat terbuka/jalan raya) TIDAK BID'AH karena pada masa Rasulullah Saw dan sahabat shalat Jumat di luar masjid pernah dilakukan.

Hukum Shalat Jumat di Jalan Raya (Luar Masjid) merupakan masalah khilafiyah. Ada yang membolehkan dan tidak. Namun, pendapat terkuat mengatakan BOLEH dan SAH, karena hanya satu madzhab yang menyatakan tidak boleh atau tidak sah.

Dalam kitab Kifayatul Akhyar halaman 147 Juz 1, Taqiyuddin Al Husaini Alhismi Addimasyqisalah (seorang tokoh mazhab Syafii) menjelaskan, tidak dipersyaratkan shalat Jumat itu harus diselenggarakan di masjid.

Para ulama mazhab seluruhnya sepakat,syarat-syarat shalat Jumat itu sama dengan syarat-syarat shalat lainnya, seperti bersuci, menutup aurat, menghadap kiblat, dan waktunya dari mulai tergelincirnya matahari sampai bayangan segala sesuatu sama panjangnya.

Disebutkan, shalat Jumat boleh didirikan di dalam masjid atau di tempat lainnya, kecuali mazhab Maliki. Mereka menyatakan bahwa shalat jumat itu tidak sah kecuali bila dikerjakan di dalam masjid.

Shalat Jum’at pertama pada masa Rasulullah Saw bahkan tidak dilaksanakan di masjid. Ada pula riwayat tentang shalat Jumat di tempat terbuka ini:

حدثنا عبد الله بن إدريس عن شعبة عن عطاء بن أبي ميمونة عن أبي رافع عن أبي هريرة أنهم كتبوا إلى عمر يسألونه عن الجمعة فكتب جمعوا حيث كنتم

"Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Idriis, dari Syu’bah, dari ‘Athaa’ bin Abi Maimuun, dari Abu Raafi’, dari Abu Hurairah : Bahwasannya para shahabat menulis surat kepada ‘Umar (bin Al-Khaththaab) bertanya kepadanya tentang shalat Jum’at. Lalu ‘Umar menulis balasan : “Shalat Jum’atlah dimana saja kalian berada” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/101; sanadnya shahih].

Dalam sunnah dijelaskan, semua bumi adalah masjid (tempat sujud) yang suci untuk shalat.

Syeikh Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitabnya al-Fiqhu ‘Ala al-Madzāhib al-Arba’ah (I/602) dengan sangat baik menyebutkan perbedaan mengenai masalah ini.

Tiga Imam madzhab (Hanafi, Syafi’i, Hanbali) sepakat mengenai kebolehan shalat Jum’at di tempat terbuka, lapang (di luar masjid). Sedangkan Malikiyah berpendapat bahwa shalat Jum’at tidak sah, kecuali di masjid.

Hukum Shalat Jumat di Luar Masjid Menurut 4 Madzhab

  1. Pendapat Malikiyah :  Tidak sah melaksanakan shalat Jum’at di rumah dan tempat terbuka. Harus ditunaikan di masjid jami’. 
  2. Pendapat Hanabilah : Sah shalat Jum’at yang dilakukan di tempat terbuka (di luar masjid) jika dengan dengan bangunan. Ukuran dekat yang teranggap sesuai dengan kebiasaan. Jika tidak dekat –secara adat- maka shalatnya tidak sah. Jika imam shalat Jum’at di gurun pasir maka ia mewakilkan orang untuk shalat dengan masyarakat. 
  3. Pendapat Syafi’iyah: Sah shalat Jum’at di tempat terbuka jika dekat dengan bangunan. Ukuran dekatnya menurut mereka ialah jarak yang seorang musafir tidak boleh mengqashar shalat ketika sampai pada jarak itu. Contoh fadha (tempat terbuka) seperti halaman yang terletak di dalam pagar negeri jika memiliki pagar. “Sesungguhnya Jum’at tidak disyaratkan keshahannya di masjid. Sebagaimana mereka secara tegas berpendapat sekiranya mereka melaksanakan shalat Jum’at di tempat terbuka di antara gedung atau bangunan maka shalatnya sah.” (al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra, I/234). 
  4. Pendapat Hanafiyah: Sahnya shalat Jum’at tidak dipersyaratkan harus di masjid. Bahkan sah ditunaikan di tempat terbuka. Dengan syarat tidak jauh dari kota lebih dari empat farsakh (3 mil) dan Imam mengizinkan untuk menunaikan Jum’at di situ.

Demikian himpunan penjelasan tentang Hukum Shalat Jumat di Jalan Raya atau di Luar Masjid. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Sumber: Hidayatullah, Eramuslim, Shahihain, Pedoman Sholat Hasby ash-Shiddiqui

Penghina Al-Quran Akan Dihinakan Allah SWT

Penghina Al-Quran Akan Dihinakan Allah SWT
Penghina Al-Quran Akan Dihinakan Allah SWT. Pembela Al-Quran Dimuliakan Allah SWT.

AL-QURAN adalah kalam Allah SWT berupa perintah, larangan, dan petunjuk bagi umat manusia serta menjadi sumber utama risalah Islam.

Allah SWT menegaskan, Al-Quran terjaga kemurniannya dan tidak akan ada manusia ataupun jin yang mampu membuat tandingan Al-Quran.

Allah SWT menjaga kemurnian Al-Quran antara lain melalui para penghafal Al-Quran. Karenanya, kita wajib mendukung semampu kita pusat-pusat atau pesantren-pesantren tahfidz Quran.

Setiap Muslim wajib memuliakan dan mensucikan al-Quran. Para ulama sepakat bahwa memuliakan dan mensucikan al-Quran adalah wajib. Karenanya, siapa saja kaum Muslim yang menghina Al-Quran, berarti telah melakukan dosa besar, bahkan telah dinyatakan murtad dari Islam.

Nabi Muhammad Rasulullah Saw menegaskan, Al-Qur’an meninggikan derajat satu kaum yang mengimani, mengamalkan, dan membelanya. Sebaliknya, Allah SWT merendahkan derajat kaum yang lain yang melecehkan, mengabaikan, dan menghina Al-Quran.

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَلَ: قَلَ رَسُوْلُ اللّٰهِ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ : اَنّ اللّٰهَ يَرْ فَعُ بِهَذَ الْكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ.

“Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sesungguhnya Allah mengangkat derajat beberapa kaum dengan Al-Qur’an ini dan merendahkann yang lain dengannya pula.” (H.R. Muslim).

Rasulullah Saw juga menegaskan, yang terbaik di antara kaum Muslim adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Quran.

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com/Sumber: Shahihain -- Bukhari & Muslim, Riyadhush Shalihin).***

Baca Juga: Hukum Membaca Al-Quran

Risalah Islam Perintahkan Umatnya Jaga Kelestarian Lingkungan Alam

Risalah Islam Perintahkan Umatnya Jaga Kelestarian Lingkungan Alam
RISALAH Islam itu ramah lingkungan. Allah SWT memerintahkan umatnya menjaga kelestarian lingkungan alam, gemar menanam pohon.

Bahkan, dalam keadaan perang sekalipun Islam melarang umatnya menebang pohon atau merusak bangunan.

Al-Quran mengingatkan, bencara alam seperti banjir dan longsor serta kekeringan dan krisis air bersih, merupakan akibat perbuatan manusia yang merusak lingkungan, seperti menebang pohon, menggunduli hutan, membuang limbah ke sungai, dan alih fungsi lahan (membuat bangunan di daerah resapan air).

Selain merupakan akibat dan adzab, bencana juga diturunkan Allah SWT sebagai pengingat (tadzkirah) agar kaum Muslim kembali ke jalan yang benar.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ


"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS. Ar-Rûm/30:41).

Dalam Tafsir Ibnu Katsîr disebutkan: “Zaid bin Râfi’ berkata, ‘Telah nampak kerusakan,’ maksudnya hujan tidak turun di daratan yang mengakibatkan paceklik dan di lautan yang menimpa binatang-binatangnya.”

Mujâhid rahimahullah mengatakan, “Apabila orang zhâlim berkuasa lalu ia berbuat zhâlim dan kerusakan, maka Allâh Azza wa Jalla akan menahan hujan karenanya, hingga hancurlah persawahan dan anak keturunan. Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai kerusakan.” Kemudian Mujâhid rahimahullah membacakan ayat di atas.

Ibnu Katsîr menjelaskan: “Makna firman Allâh (yang artinya) “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,” yaitu kekurangan buah-buahan dan tanam-tanaman disebabkan kemaksiatan.

Abul ‘Aliyah berkata, “Barangsiapa berbuat maksiat kepada Allâh di muka bumi, berarti ia telah berbuat kerusakan padanya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Oleh karena itu apabila nabi ‘Isa turun di akhir zaman, beliau akan berhukum dengan syariat yang suci ini pada masa tersebut.

Beliau akan membunuh babi, mematahkan salib dan menghapus jizyah (upeti) sehingga tidak ada pilihan lain kecuali masuk Islam atau diperangi. Dan di zaman itu, tatkala Allâh telah membinasakan Dajjal dan para pengikutnya serta Ya’jûj dan Ma’jûj, maka dikatakanlah kepada bumi, “Keluarkanlah berkahmu.”

Maka satu buah delima bisa dimakan oleh sekelompok besar manusia dan mereka bisa berteduh di bawah naungan kulitnya. Dan susu unta mampu mencukupi sekumpulan manusia. Semua itu tidak lain disebabkan berkah penerapan syariat Muhammad Saw (Risalah Islam).

Islam Anjurkan Umatnya Menanam Pohon
Islam memberi perhatian khusus soal menanam pohon.


مَا مِنْ مُسْلِمٍ غَرَسَ غَرْسًا فَأَكَلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ أَوْ دَابَّةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ


"Muslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah." (Tafsir Ath-Thabari)

Pohon yang ditanam dan bermanfat bagi lingkungan sekitar akan menjadi asset pahala bagi penanamnya sesudah mati yang akan terus mengalirkan pahala baginya.

سَبْعٌ يَجْرِي لِلعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَ هُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لََهُ بَعْدَ مَوْتِهِ .


"Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. (Tujuh itu adalah) orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati." (al-Fawâid, Ibnul Qayyim).

Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda :

”Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia ataupun binatang ternak, melainkan hal itu sudah termasuk sedekah darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah Saw bersabda:

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang diambil oleh orang lain juga merupakan sedekah.” dalam lafal lain : “…Merupakan sedekah sampai akhir kiamat” (HR Muslim).

Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda :

“Jika kiamat terjadi dan salah seorang di antara kalian memegang bibit pohon kurma, lalu ia mampu menanamnya sebelum bangkit berdiri, hendakalah ia bergegas menanamnya.” (HR Bukhari dan Ahmad).

“Tanamlah bibit pohon yang ada di tangan mu sekarang juga, meski besok kiamat. Allah akan tetap memperhitungkan pahalanya.” 

Demikian besarnya perhatian Islam terhadap lingkungan hidup, kelestarian alam, termasuk penanaman pohon atau penghijauan. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Sumber: Tafsîr Ibnu Katsîr, Shahîh al-Bukhâri, Shahîh Muslim, Riyadhus Shâlihîn, Arba'in An-Nawawi.

Mereka Membuat Rekayasa, Namun Rekayasa Allah SWT yang Terbaik

Mereka Membuat Rekayasa, Namun Rekayasa Allah SWT yang Terbaik
ORANG-ORANG kafir senantiasa berusaha membuat rekayasa, tipu-daya, skenario, atau makar untuk memadamkan cahaya api kebenaran dan syiar Islam di muka bumi.


Orang-orang non-Muslim yang memusuhi Islam dan umat Islam senantiasa berusaha menggalang dana dan kekuatan untuk mengalahkan kaum Muslim dan menistakan agama Allah SWT. Namun, Al-Quran menjanjikan, makar Allah SWT lebih baik.

Allah SWT sajalah sebaik-baik pembalas tipu-daya dan skenario kaum kafir yang terus menyerang Islam dan kaum Muslim dengan berbagai cara.

Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran (3) ayat 54 Allah SWT menegaskan:

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ


“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.

Ayat di atas merupakan rentetan dari kisah Nabi Isa a.s ketika mana menyeru kaumnya kepada agama Islam. Ayat ini juga merupakan ancaman kepada kaum kafir yang ingkar terhaddap dakwah Nabi Isa.

Mereka merancang untuk menyalib dan membunuh Nabi Isa. Namun, rencana mereka atau tipu-muslihat mereka dihancurkan oleh Allah SWT. Dalam ayat berikutnya, Allah SWT menceritakan bagaimana Allah SWT mengangkat Nabi Isa a.s. ke langit.

Ibn Katsir menuliskan:

"Allah Swt. menceritakan perihal segolongan orang-orang terkemuka Bani Israil dalam rencana mereka yang hendak membinasakan Nabi Isa a.s. Mereka bertujuan ingin menimpakan kejahatan terhadapnya dan menyalibnya. Mereka semuanya bergabung untuk menentangnya dan menghasutnya ke hadapan raja di masa itu yang kafir. Mereka menyampaikan berita hasutan kepada si raja bahwa di sana ada seorang lelaki yang menyesatkan orang-orang banyak, menghalang-halangi mereka untuk taat kepada raja, merusak rakyat serta memecah-belah antara seorang ayah dan anaknya; dan hasutan-hasutan lainnya yang biasa mengakibatkan sanksi yang berat bagi pelakunya. Mereka melemparkan tuduhan terhadap Nabi Isa sebagai seorang pendusta, dan bahwa dia adalah anak zina. Hal tersebut membangkitkan kemarahan si raja, lalu ia mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap dan menyalibnya serta menyiksanya."
 
"Ketika mereka mengepung rumah Nabi Isa dan mereka menduga pasti dapat menangkapnya, maka Allah menyelamatkan Nabi Isa dari sergapan mereka. Allah mengangkatnya dari atap rumah tersebut ke langit. Kemudian Allah memiripkan rupa seorang lelaki yang ada di dalam rumah tersebut dengan Nabi Isa a.s.
Ketika mereka masuk ke dalam rumah itu, mereka menduga lelaki tersebut sebagai Nabi Isa dalam kegelapan malam, lalu mereka menangkapnya dan menghinanya serta menyalibnya, lalu meletakkan duri di atas kepalanya."
 
"Hal tersebut merupakan tipu daya dari Allah terhadap mereka, karena Dia akan menyelamatkan Nabi-Nya dan mengangkatnya dari hadapan mereka ke langit, serta meninggalkan mereka bergelimangan di dalam kesesatan. Mereka menduga bahwa mereka telah berhasil mencapai sasarannya. Dan Allah menempatkan di dalam hati mereka kekerasan dan keingkaran terhadap perkara yang hak. Hal ini melekat di hati mereka, dan Allah menimpakan kepada mereka kehinaan yang tidak pernah lekang dari diri mereka sampai hari kiamat nanti." 

Allah SWT berfirman:

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
 
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ali Imran: 54).


Tafsir fi Zilalil Quran Syed Qutb menceritakan bagaimana perancangan Allah SSWT itu memusnahkan perancangan jahat kaum kafir Quraisy. 

Skenario Allah SWT akan senantiasa berlaku dengan ikhtiar para pejuang di jalan Allah (mujahid fillah) yang ikhlas demi menggapai gelar syuhada. Berbuatlah sesuatu untuk kemenangan Islam, maka tipu-daya kaum kafir akan gagal total. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*


Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir fi Zhilalil Quran, Shahih Bukhari & Shahih Muslim.

Catatan Aksi Bela Islam Jumat 4 November 2016 #AksiDamai411

Catatan Aksi Bela Islam Jumat 4 November 2016 #AksiDamai411
UMAT Islam Indonesia menggelar aksi unjuk rasa damai, Jumat 4 November 2016, di Jakarta dan kota-kota lain di seluruh Indonesia.

Sulit menyebutkan jumlah umat Islam yang turun ke jalan mengikuti aksi demo, namun yang di Jakarta saja diperkiraan mencapai ratusan ribu orang.

Dalam aksinya, kaum Muslim menuntut proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang menghina Al-Quran atau menistakan agama (Islam). Massa menuntuk Ahok ditangkap.

Aksi demo besar-besaran ini ditujukan kepada Presiden Jokowi. Sayang, Jokowi memilih "menghindar" dengan berkunjung ke sebuah proyek di Tangerang Selatan.

Pihak pemerintah mengutus Menkopolhukam Wiranto untuk menghadapi demonstran. Namun, massa menolak bertemu Wiranto.

Akhirnya, seperti disiarkan langsung TV One, perwakilan pengunjuk rasa bertemu dengan Wapres Jusuf Kalla, juga Wiranto. JK mengatakan, proses hukum akan dilakukan CEPAT & TEGAS.

Setelah aksi selesai Pkl. 18.00 WIB dan massa membubarkan diri hendak pulang, sebagian shalat Magrib, tiba-tiba muncul sekelompok orang yang menyerang polisi. Aparat pun menembakkan gas air mata. Ada mobil terbakar. Padahal, aksi damai sudah berakhir!

Berikut ini beberapa catatan Aksi Bela Islam yang dikoordinasikan ormas-ormas Islam se-Indonesia di Jakarta yang dihimpun dari informasi yang dipublikasikan di Twitter dengan hashtag #AksiDamai411















Aksi demo umat Islam berlangsung yang dipimpin ulama berlangsung benar-benar damai dan tertib diakui oleh Presiden Joko Widodo. Dalam pidatonya, Presiden Jokowi mengapresiasi aksi demonstrasi damai para ulama pada Jumat 4 November.

Di sisi lain, Presiden mengecam aksi kekerasan yang terjadi setelah aksi damai berakhir. Presiden menyampaikan pidato resminya usai rapat terbatas dengan Menko Polhukam Wiranto, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Mensesneg Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Menag Lukman Hakim Saifuddin, Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan, di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).

Berikut ini pidato lengkap Presiden Jokowi soal aksi demonstrasi 4 November 2016  yang intinya mengakui aksi berlangsung damai, tidak rusuh seperti yang diharapkan sebagian kalangan! Massa yang rusuh selain peserta aksi damai.

Sebagai negara demokrasi kita menghargai proses penyampaian aspirasi melalui unjuk rasa yang dilakukan pada hari ini dengan cara-cara yang tertib dan damai. 

Terima kasih kami sampaikan kepada para ulama para kyai, para habib, para ustaz, yang telah memimpin umatnya yang menyejukkan sehingga sampai maghrib tadi berjalan dengan tertib dan damai. 

Tapi kita menyesalkan kejadian bakda isya yang seharusnya sudah bubar tetapi menjadi rusuh dan ini kita lihat telah ditunggangi oleh aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi. 

Sebelumnya saya telah memerintahkan wakil presiden untuk menerima perwakilan unjuk rasa yang didampingi Menko Polhukam, Mensesneg, Menag, Seskab, Kapolri dan Panglima TNI. 

Dalam pertemuan itu telah disampaikan bahwa proses hukum terhadap saudara Basuki Tjahaja Purnama akan dilakukan secara tegas, cepat, dan transparan. Sebab itu, saya minta para pengunjuk rasa untuk kembali pulang ke rumah masing-masing, ke daerah masing-masing dengan tertib. Biarkan aparat keamanan bekerja menyelesaikan proses penegakan hukum seadil-adilnya. 

Terakhir saya mengapresiasi kerja keras aparat keamanan yang melakukan pendekatan persuasif dalam menjaga situasi sehingga tetap kondusf. Saya harap masyarakat tetap tenang dan menjaga lingkungan masing-masing sehingga situasi tetap aman dan damai.*