Apakah Kentut Di Dalam Air Membatalkan Puasa??



Pertanyaan yang tak kalah populer selalu ditanyakan ketika bulan suci ramadan tiba yakni, apakah kentut di dalam air bisa membatalkan puasa?

Pemahaman yang beredar di kalangan masyarakat kita bahwa bila orang berpuasa lalu berendam di air lalu ia kentut di dalamnya maka puasanya batal.

Alasannya, hal demikian memungkinkan masuknya air ke tubuh, baik melalui telinga, hidung atu dubur.

Pertanyaan: Bagaimana hukum orang yg sdg menjalankan ibadah puasa trus mandi di kolam renang dan buang angin di dalam kentut?

Jawaban oleh Ust. Ahmad Rosyidi. EM.S, S.Pd.I dikutip dari situs madinatuliman.com: Menyelam di kolam ketika puasa tidak apa-apa (boleh), dengan catatan air tidak masuk kedalam tubuh, aman dari masuknya air.

Imam Nawawi rahimahullah didalam kitabnya Al-Majmu’ syarh al-Muhadzdzab mengatakan:

“Boleh bagi orang yang berpuasa menyiramkan air (ketubuhnya) dan menyelam didalam air (berendam didalam air), berdasarkan riwayat Abu Bakar bin Abdirrahman bin Al-Harits bin Hisyam, ia berkata : “menceritakan kepadaku orang yang menyaksikan Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam pada musim kemarau menyiramkan (membasuh) kepalanya dengan air karena cuaca yang sangat panas dan dahaga sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa”. Juga boleh memakai celak mata berdasarkan riwayat dari Anas “sesungguhnya ia memakai celak sedangkan ia berpuasa” dan karena mata bukanlah lubang tembus, maka tidak batal puasanya dengan sesuatu yang masuk kedalamnya”

Adapun mengenai kentut didalam air (kolam), itu membatalkan puasa.

Hal ini juga dalam rangka ihtiyath (kehati-hatian).

Sedangkan didalam al-Fatawa Al-Hindiyah fiy Madzhab al-Imam A'dham Abu Hanifah (madzhab Hanafiy) disebutkan bahwa kentut didalam air hukumnya makruh bagi orang yang berpuasa.

Yang lebih bagus adalah lebih hati-hati agar puasa kita benar-benar terpelihara.

Memuji Seseorang Dalam Islam



Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallāhu ‘anhu, dia berkata, “Nabi Shallallaahu ’alaihi wa Sallam pernah mendengar seorang lelaki sedang menyanjung lelaki lainnya dan melampaui batas dalam memujinya, lalu beliau bersabda,

أَهْلَكْتُمْ  أَوْ قَطَعْتُمْ ظَهْرَ الرَّجُلِ

“Kalian telah menghancurkan atau mematahkan punggung orang tersebut.”[1]

Dari Abu Bakrah radhiyallāhu ‘anhu, bahwasanya seseorang pernah disebut di depan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, lalu seseorang memuji baik kepadanya, maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

وَيَحْكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ

“Celaka kamu! Kamu telah memotong leher temanmu.”

Beliau mengucapkannya berulang-ulang kali,

إِنْ كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا لَا مُحَالَةَ فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ كَذَا وَ كَذَا إِنْ كَانَ يَرَى أَنَّهُ كَذلِكَ وَ اللهُ حَسِيْبُهُ وَلَا يُزَكِّيْ عَلَى اللهِ أَحَدًا

“Jika seorang dari kalian mau tidak mau harus memuji, maka sebaiknya dia berkata, ‘Saya kira begini dan begini.’ Jika terlihat bahwasanya dia demikian, cukuplah Allah yang menghisabnya, dan tidaklah dia mengakui seseorang suci di hadapan Allah’”[2]

Dari Hamman bin Harits, bahwasanya seorang lelaki pernah memuji Utsman radhiyallāhu ‘anhu, lalu Miqdad menghampiri dan duduk berlutut di atasnya, padahal dia lelaki yang berbadan besar, lalu dia menumpahkan kerikil ke mukanya. Maka Utsman pun berkata kepadanya, “Ada apa denganmu?” Dia menjawab, “Sesungguh-nya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda,

إِذَا رَأَيْتُمْ المَدَّاحِيْنَ فَاحْثَوْا فِيْ وُجُوْهِهِمُ التُّرَابَ

“Jika kalian melihat orang-orang yang suka memuji, maka tumpahkanlah debu ke mukanya” [3]

Dari Mu’awiyah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam  bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالتَّمَادِحَ فَإِنَّهُ الذَّبْحُ

“Jauhilah olehmu saling memuji, karena itu berarti penyembelihan”[4]

*****

Catatan Kaki:

[1] HR. Al-Bukhari (8/22), dan Muslim (3001) dalam pembahasan zuhud dan belas kasihan.

[2] HR. Al-Bukhari (8/22), dan Muslim (3001) dalam pembahasan zuhud dan belas kasihan, dan juga diriwayatkan oleh yang lainnya.

[3] Diambil dari Shahih Muslim (3002) dalam pembahasan zuhud dan belas kasih.

[4] HR. Ibnu Majah dan yang lainnya, sebagaimana terdapat dalam ash-Shahihah hadits no. 1284.

Lihatlah Sejenak Hubungan Pertemanan Kalian



Saudaraku, Renungilah sejenak pesan ini…

Apakah engkau memiliki banyak sahabat..?

Banyak pertemanan..?

Berapakah jumlah yang engkau miliki..?

5 orang..?
20 orang..?
30 orang..?
Atau 100 orang..?
Atau bahkan hingga lebih 1000 orang..?

Saudaraku sebanyak apapun teman yang engkau miliki, atau yang engkau akrab dengan mereka, tetapi JIKA :

Tidak ada satupun yang mengajakmu dalam kebaikan.

Tidak satupun yang mengajakmu serta mengingatkanmu "hijrah" kearah yang lebih baik.

Tidak satupun yang mengajakmu mengenal sunnah-sunnah Nabi shalallahu alaihi wasallam yang disampaikan dalam riwayat hadits-hadits shohihnya.

Tidak satupun yang mengajakmu berangkat ke kajian untuk menuntut ilmu agama.

Tidak satupun mengingatkanmu untuk menegurmu agar menunaikan sholat.

Bahkan tidak satupun yang mengajakmu ingat kepada Allah.

Jika benar demikian, ketahuilah wahai saudaraku bahwa persahabatan kalian sebenarnya dalam kondisi yang tidak baik, meskipun kalian memandangnya baik (baik itu dengan alasan hobi, kesenangan dan lainnya), karena persahabatan tersebut hakikatnya hanya akan menjadikan permusuhan bagi kalian di hari kiamat!
 Allah berfirman :

اَلْاَخِلَّاۤءُ يَوْمَئِذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ

"Teman-teman karib pada hari itu (kiamat) nanti saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa." (Qs. Az-Zukhruf 67)

 Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
"Bahwa setiap persahabatan yang dilandasi cinta karena selain Allah, maka pada hari kiamat nanti akan kembali dalam keadaan saling bermusuhan. Kecuali persahabatannya dilandasi cinta karena Allah, inilah yang kekal selamanya." (Tafsir Ibnu Katsir) .

. Maka jika hubungan persahabatan yang tidak didasari oleh niat cinta karena Allah, dimana didalamnya tidak ada saling menasehati karna Allah, tidak ada saling mengajak hijrah kembali dijalan Allah.. maka kelak pada hari kiamat nanti hal itu hanya akan kembali dalam keadaan saling bermusuhan
Karena yang hanya akan kekal sampai hari kiamat kelak adalah persahabatan yang dimana isinya saling menasehati, saling mengingatkan dalam ketakwaan dan saling mengajak kembali ke jalan Allah

Dan itulah persahabatan yang tidak pernah akan ada kerugian didalamnya
 Allah berfirman :

وَالْعَصْرِ (١) اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ (٢) اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(٣)

"(1) Demi masa. (2) Sungguh, manusia berada dalam kerugian, (3) KECUALI orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (Qs. Al-'Asr 1-3)

 Saudaraku, mari segera kita perbaiki lingkungan pertemanan kita, carilah lingkungan yang baik (yang sholih dan sholihah)..
✔ Yang selalu mengingatkanmu dan saling menasihati dijalan Allah..

✔ Yang berani menegurmu jika engkau salah..

✔ Yang berani mengajakmu untuk menuntut ilmu agama..

✔ Yang berani 'nge-tag' berisi postingan-postingan yang bermanfaat bagi agamamu..

✔ Bahkan yang berani share tentang peringatan-peringatan yang berisi kebaikan untuk mengajakmu kembali kejalanNya..

✔ Dan yang tidak bosan menegurmu agar senantiasa memperbaiki diri agar lebih baik..

Persahabatan yang sedikit tetapi peduli akan akhiratmu itu amat jauh lebih baik dibandingkan persahabatan yang banyak jumlahnya tetapi tidak ada yang mempedulikan akhiratmu
 Imam Syafi'i berkata :
“Jika engkau punya teman (yang selalu membantumu dalam ketaatan kepada Allah) maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau melepaskannya. Karena mencari 'teman baik' itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali.”
Ingatlah saudaraku
Biasakanlah mengikuti hal   yang benar (dalam mensikapi), bukan membenarkan apa yang biasa dilakukan

Ana uhibbukum fillah ( Saya mencintai kalian karena Allah )

Hadist Berbuka Dengan Yang Manis-Manis??


Entah sejak kapan mulai populer ungkapan “Berbukalah dengan yang manis“. Ada yang mengatakan sejak sebuah iklan produk minuman menggunakan tagline tersebut di bulan Ramadhan. Sampai-sampai sebagian (atau banyak) orang menganggap ungkapan ini sebagai hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam (!?!)

Yang jelas, tidak ada hadits yang berbunyi “Berbukalah dengan yang manis” atau semisalnya, atau yang mendekati makna itu. Baik dalam kitab hadits maupun kitab fiqih. Tidak ada sama sekali. Namun sayang sekali ungkapan ini disebar-sebarkan sebagai hadits oleh sebagian da’i dan juga public figure semisal para selebritis yang minim ilmu agama. Dan ini merupakan kesalahan yang sangat fatal. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam

من حدَّثَ عنِّي بحديثٍ وَهوَ يرى أنَّهُ كذِبٌ فَهوَ أحدُ الْكاذبينِ

“barangsiapa yang menyampaikan hadits dariku suatu hadits yang ia sangka bahwa itu dusta, maka ia salah satu dari dua pendusta” (HR. Muslim dalam Muqaddimah-nya).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

كَفَى بِالمَرْءِ إِثْمًا أنْ يُحَدِّثَ بكلِّ ما سمعَ

“cukuplah seseorang dikatakan pendusta ketika ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar” (HR. Abu Daud 4992, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 2025)

Mengenai apa yang dimakan ketika berbuka sendiri sudah ada tuntunannya,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

“biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berbuka puasa dengan ruthab sebelum shalat (Maghrib). Jika tidak ada ruthab (kurma muda) maka dengan tamr (kurma matang), jika tidak ada tamr maka beliau meneguk beberapa teguk air” (HR. Abu Daud 2356, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud)

Namun memang, sebagian ulama dari hadits ini meng-qiyas-kan kurma dengan makanan yang manis-manis. Taqiyuddin Al Hushni, penulis kitab Kifayatul Akhyar menukil pendapat Ar Rauyani yang menyatakan demikian:

وَيسْتَحب أَن يفْطر على تمر وَإِلَّا فعلى مَاء للْحَدِيث وَلِأَن الحلو يُقَوي وَالْمَاء يطهر وَقَالَ الرَّوْيَانِيّ إِن لم يجد التَّمْر فعلى حُلْو لِأَن الصَّوْم ينقص الْبَصَر وَالتَّمْر يردهُ فالحلو فِي مَعْنَاهُ

“dianjurkan berbuka dengan kurma atau jika tidak ada maka dengan air, berdasarkan hadits ini. karena yang manis-manis itu menguatkan tubuh dan air itu membersihkan tubuh. Ar Rauyani berkata: ‘kalau tidak ada kurma maka dengan yang manis-manis. karena puasa itu melemahkan pandangan dan kurma itu menguatkannya, dan yang manis-manis itu semakna dengan kurma'” (Kifayatul Akhyar, 200).

Namun pendapat ini perlu dikritisi karena:

    Nash hadits tidak mengisyaratkan illah secara tersirat maupun tersurat. Menetapkan sifat “manis” sebagai illah adalah ijtihad sebagian ulama, dan ini tidak disepakati.
    Kurma itu berkah. Dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

    ( إنَّ مِن الشجَرِ لما بَرَكَتُهُ كَبركةِ المسلمِ ) . فَظننتُ أنَّهُ يعني النخلةَ ، فأردتُ أنْ أقول : هي النخلةُ يا رسولَ الله ، ثم التَفتُّ فإذا أنا عاشِرُ عَشَرةٍ أنا أحْدَثهُم فسَكتُّ ، فقال النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : ( هيَ النَّخلَة )

    “Sesungguhnya ada pohon yang daunnya tidak berguguran, dan ia merupakan permisalan seorang muslim. Pohon apa itu?”. Aku (Ibnu Umar) menyangka yang dimaksud adalah pohon kurma. Namun aku enggan “wahai Rasulullah, itu adalah pohon kurma”, maka aku berpaling. Karena aku terlalu muda untuk bicara kepada mereka, jadi aku diam saja. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberitahu jawabannya: “Pohon tersebut adalah pohon kurma” (HR. Bukhari 131, Muslim 2811).

    Dalam kitab Sifat Shaumin Nabi fii Ramadhan (66) karya Syaikh Ali Al Halabi dan Syaikh Salim Al Hilali dikatakan: “ketahuilah wahai hamba Allah yang taat, bahwa kurma itu memiliki keberkahan-keberkahan yang khusus yang bisa mempengaruhi hati dan membersihkannya. Ini tidak diketahui kecuali oleh orang yang mengikuti sunnah”.

    Jika demikian makanan manis tidak bisa di-qiyas kan pada kurma, karena makanan manis biasa tidak memiliki keberkahan ini.
    Konsekuensi dari qiyas ini berarti jika tidak ada kurma maka yang lebih dulu dimakan adalah makanan manis, jika tidak ada makanan manis baru air. Sedangkan nash mengatakan jika tidak ada kurma maka berbuka dengan air. Walhasil, ini bertentangan dengan nash. Dan qiyas itu tidak boleh bertentangan dengan nash.

    Ketika menjelaskan syarat-syarat qiyas, diaantaranya Syaikh Muhammad Husain Al Jizani mengatakan: “syarat ke delapan: illah-nya tidak menyelisihi nash atau ijma’. Ini jika illah tersebut merupakan hasil istinbath” (Ushul Fiqh Inda Ahlis Sunnah, 194)
    Banyak ulama menjelaskan alasan mengapa Nabi berbuka dengan kurma dahulu yaitu karena kurma itu manis dan makanan manis itu menguatkan tubuh orang yang puasa. Ini dalam rangka menjelaskan hikmah bukan illah.

    Hikmah berbeda dengan illah, Syaikh Sa’ad bin Nashir As Syatsri mengatakan: “perbedaan antara illah dan hikmah: illah adalah washfun mundhabitun (sifat yang terukur dan jelas batasannya), sedangkan hikmah tidak selalu berupa washfun mundhabitun. Misalnya safar adalah illah untuk bolehnya meng-qashar shalat, sedangkan ‘menghilangkan kesulitan hamba’ ini adalah hikmah (dari meng-qashar)” (Muqaddimah fii Ilmi Maqashid As Syari’ah, 7).

Namun qiyas Ar Rauyani ini bukanlah qiyas fasid karena sifat “manis” ini masih termasuk sifat yang munasib li binaa-il hukmi (sifat yang cocok untuk dijadikan bahan pemutusan hukum), namun merupakan qiyas yang lemah.

Dan pendapat Ar Rauyani (yang merupakan ulama Syafi’iyah) dibantah oleh banyak ulama fiqih yang lain, termasuk para ulama dari kalangan Syafi’iyah sendiri. Ibnu Hajar Al Haitami mengatakan:

“فإن عجز” عن الثلاث “فبتمرة” أو رطبة يحصل له أصل السنة “فإن عجز” عن الرطب والتمر “فالماء” هو الذي يسن الفطر عليه دون غيره خلافًا للروياني حيث قدم عليه الحلو وذلك للخبر الصحيح المذكور

“[jika tidak ada] tiga tamr atau ruthab [maka dengan satu tamr] atau ruthab. Maka dengan ini tercapai pokok sunnah. [Jika tidak ada] ruthab dan tamr [maka dengan air]. Inilah yang disunnahkan dalam berbuka, bukan yang lainnya. Tidak sebagaimana pendapat Ar Rauyani yaitu ia mendahulukan makanan manis. Pendapat ini (didahulukannya kurma dan air) berdasarkan hadits shahih yang telah disebutkan” (Al Minhajul Qawiim, 1/252)

Zainuddin Al Malibari mengatakan:

قال الشيخان: لا شيء أفضل بعد التمر غير الماء فقول الروياني: الحلو أفضل من الماء ضعيف

“Syaikhan (An Nawawi dan Ar Rafi’i) mengatakan: ‘tidak ada yang lebih afdhal dari kurma selain air minum’. Maka pendapat Ar Rauyani bahwa makanan manis itu lebih afdhal dari air adalah pendapat yang lemah” (Fathul Mu’in, 1/274)

Dalam kitab Hasyiah Al Qalyubi Wa ‘Umairah (2/78) juga disebutkan:

قَوْلُهُ: (عَلَى تَمْرٍ) وَالْأَفْضَلُ كَوْنُهُ وَتْرًا وَكَوْنُهُ بِثَلَاثٍ فَأَكْثَرَ وَيُقَدِّمُ عَلَيْهِ الرُّطَبَ وَالْبُسْرَ وَالْعَجْوَةَ وَبَعْدَهُ مَاءُ زَمْزَمَ، ثُمَّ غَيْرُهُ، ثُمَّ الْحَلْوَاءُ بِالْمَدِّ خِلَافًا لِلرُّويَانِيِّ. وَيُقَدِّمُ اللَّبَنَ عَلَى الْعَسَلِ لِأَنَّهُ أَفْضَلُ مِنْهُ

“perkataan As Suyuthi: ‘dengan kurma’, menunjukkan bahwa yang afdhal berbuka dengan tamr yang jumlahnya ganjil, tiga atau lebih, dan yang lebih utama darinya adalah ruthab dan busr dan ajwah. Dan tingkatan setelah tamr adalah air zam-zam, baru yang lainnya, baru kemudian makanan manis sebagai tambahan. Tidak sebagaimana pendapatnya Ar Ruyani. Dan juga susu diutamakan dari pada madu karena susu lebih utama dari madu”.

Maka kesimpulannya:

    Tidak ada hadits “berbukalah dengan yang manis“.
    Tidak tepat mendahulukan berbuka dengan makanan manis ketika tidak ada kurma. Lebih salah lagi jika mendahulukan makanan manis padahal ada kurma. Yang sesuai sunnah Nabi adalah mendahulukan berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma maka dengan air minum. Adapun makanan manis sebagai tambahan saja, sehingga tetap didapatkan faidah makanan manis yaitu menguatkan fisik.

Wallahu a’lam.


Sumber: https://muslimah.or.id/6195-hadits-berbukalah-dengan-yang-manis.html

INILAH 11 -WASIAT BERMANFAAT LUQMAN AL-HAKIM YANG ALLAH CERITAKAN dalam Quran


  1. Tidak Menyekutukan Allah swt
    “Tatkala ayat ini turun, para shahabat bertanya: ‘Siapa di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya?’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘(Ayat ini) bukan seperti yang kalian pahami. Tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman: ‘Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang besar.’?” (HR. Al-Bukhari)
  2. Berbakti kepada kedua orangtua (birrul walidain)

    ﻭَﻭَﺻَّﻴْﻨَﺎ ﺍﻹﻧْﺴَﺎﻥَ ﺑِﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻪِ ﺣَﻤَﻠَﺘْﻪُ ﺃُﻣُّﻪُ ﻭَﻫْﻨًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﻫْﻦٍ ﻭَﻓِﺼَﺎﻟُﻪُ ﻓِﻲ ﻋَﺎﻣَﻴْﻦِ ﺃَﻥِ ﺍﺷْﻜُﺮْ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻚَ ﺇِﻟَﻲَّ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ
    “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
  3. Berbuat baik kepada kedua orangtua
    “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
    Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya jika keduanya memaksamu agar engkau mengikuti agama keduanya (selain Islam), maka janganlah engkau terima. Namun janganlah hal itu menghalangimu dari bergaul dan berbakti kepada keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang-orang yang beriman.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/446)
  4. Tidak ada yang tersembunyi dari Allah
    “(Lukman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
    Ibnu Katsir berkata, “Jika ada kezhaliman atau kesalahan sebesar biji sawi, niscaya Allah Azza wajalla akan mendatangkannya pada hari kiamat ketika diletakkan timbangan keadilan. Allah Ta’ala akan membalasnya. Jika amalannya baik maka baiklah ganjarannya, dan jika jelek maka jeleklah pula balasannya.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/446)
  5. Tegakkan shalat

    ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﺃَﻗِﻢِ ﺍﻟﺼَّﻼﺓَ
    “Hai anakku, dirikanlah shalat.”
    Kerjakanlah secara khusyu’ dengan rukun-runkunnya dan kewajiban-kewajibannya
  6. Amar ma’ruf nahi munkar
    “Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar.”
  7. Sabar atas musibah yang menimpa

    ﻭَﺍﺻْﺒِﺮْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻚَ
    “Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.”
    Telah diketahui bahwa orang-orang yang beramar ma’ruf nahi munkar maka dia akan mendapatkan gangguan. Oleh karena itu, Luqman memerintahkan putranya untuk bersabar.
  8. Jangan kau palingkan mukamu dari manusia
    “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong).”
    Ibnu Katsir mengatakan, “Jangan engkau memalingkan wajahmu dari manusia apabila engkau berbicara dengan mereka, atau (ketika) mereka mengajak bicara denganmu, karena meremehkan dan sombong terhadap mereka. Akan tetapi ramahlah terhadap mereka
  9. jangan angkuh lagi sombong
    ﻭَﻻ ﺗَﻤْﺶِ ﻓِﻲ ﺍﻷﺭْﺽِ ﻣَﺮَﺣًﺎ
    “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.”
    Yakni angkuh, sombong, sewenang-wenang, dan menentang. Jangan engkau berbuat demikian, karena Allah akan sangat murka
    ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻻ ﻳُﺤِﺐُّ ﻛُﻞَّ ﻣُﺨْﺘَﺎﻝٍ ﻓَﺨُﻮﺭٍ
    “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
  10. Berlakulah sederhana
    ﻭَﺍﻗْﺼِﺪْ ﻓِﻲ ﻣَﺸْﻴِﻚَ
    “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan.”
    Yakni sedang, tidak terlampau cepat tidak pula terlalu lambat.
  11. lunakkan suaramu jangan di Full powerkan tanpa faidah macam ringkikan KELEDAI
    “Dan lunakkanlah suaramu.”
    Yakni janganlah berlebihan dalam berbicara, jangan mengeraskan suara kalau tidak ada faidahnya.
(Qs Luqman: 13-19)
__
Wallahu alam

PINJAMI AKU SATU HARI SAJA



Sahabat sholehku,
Suka atau tidak, siap atau tidak, kematian pasti akan mengenai siapapun. Tidak bayi, remaja atau org lanjut usia. Dan bila manusia mati maka tinggallah dia di alam kubur dgn kisah mlm pertamanya seperti di bawah ini :

 ..Perlahan....tubuhku diturunkan ke dalam lubang yang sempit...
Namun dengan cepat kemudian badanku ditimbun tanah
Lalu semua orang meninggalkanku
Masih terdengar jelas langkah kaki mereka

Kini aku sendirian...!di tempat yang gelap, tak pernah terbayangkan
Sekarang aku sendiri, menunggu ujian
Suami/istri belahan jiwa pun pergi
Anak... yang di tubuhnya mengalir darahku... juga pergi
Apalagi sahabatku... kawan dekat... rekan bisnis...

Ternyata aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka!!
Menyesal pun... tiada berguna
Taubat tak lagi diterima
Minta maaf... tak lagi didengar..
Kini aku sendirian mempertanggungjawabkan apa yang pernah aku lakukan...

Ya Allah, kalau boleh...
Tolong pinjamkan satu hari saja milik-Mu
Aku akan berkeliling mohon maaf kepada mereka
Yang telah merasakan kezalimanku
Yang susah dan sedih karena ulahku
Yang aku sakiti hatinya
Yang telah aku bohongi

Ya Allah,,,berikan aku satu hari saja . .
Untuk memberi seluruh baktiku untuk ayah ibu tercinta
Demi memohon maaf atas kata-kataku yang keras lagi tak sopan
Maafkan aku, Ayah..Ibu..,
Aku sungguh ingin sujud memohon ridha mereka
Maafkan aku
Aku ingin mengatakan bahwa aku sangat berterimakasih
Atas apa yang mereka korbankan untukku

Ya Allah... pinjamkan satu hari saja . .
Yang akan aku gunakan setiap detiknya
Untuk ruku' dan sujud kepada-Mu
Beramal shalih dengan tulus
Menyedekahkan seluruh hartaku yang tersisa, di jalan-Mu

Menyesaaaaal... sekali rasanya !
Waktu-waktuku berlalu dengan sia-sia
Bahkan Al Qur'an firman-Mu dengan malas-malasan kubaca
Andai kubisa putar ulang waktu itu..
Tapi... aku telah dimakamkan hari ini...

 Sakitnya sakaratul maut masih menancap pada setiap senti tubuhku yang kini kaku
Tenggorokanku serasa ditancapi dahan besar yang penuh duri tajam
Lalu dahan itu ditarik dengan sekuat tenaga oleh malakul maut
Sakit.... sakit sekali...
Seratus tahun pun tak hilang rasa sakit ini...

Kulit dan tulangku seperti digergaji lalu direbus dalam belanga
Nyeri... panas....masih terasa
Dagingku pun terasa terlepas dari tulangnya
Duhai ... kerasnya tarikan malakul maut itu...

Seandainya aku masih bisa bercerita...
Tentu tak akan tenang tidur teman-temanku yang masih hidup
Seumur hidup mereka tak akan pernah lagi tidur nyenyak..
Andai saja mereka tahu...

Baru beberapa saat dalam gelap...
Masih terdengar sayup-sayup suara sandal orang-orang yang meninggalkanku...
Tanah kuburku masih gembur
Baru saja ditidurkan sendirian
Aku lihat tanah kuburan ini makin lama makin menyempit
Dari kiri, kanan, atas dan bawah, makin mendekat
Aku ngeri... mereka terus menghimpitku dengan kejam

Aku ingin berteriak...tapi tak mampu...
Tubuhku remuk, rusukku bertindihan
Organ-organ dalamku hancur
Inilah yang dijanjikan Allah pada semua mayat, termasuk mayat orang shalih
Akankah diluaskan lagi kuburku setelah ini?
Bagaimanakah aku menjawab pertanyaan ujian setelah ini?
O...andaikan aku bisa keluar dari sini...

SAUDARAKU . . MASIHKAH KITA INGIN MENAMBAH DOSA2 KITA SETELAH MEMBACA
 ' JERITAN DARI KUBUR' INI . .
ingat ajal tdk menunggu tobat kita . .dan PASTI DATANG ‼

Pencerahan :
Orang yg cerdas adalah orang yg mempersiapkan bekal utk kematiannya, sedangkan org yg bodoh adalah dia yg tak pernah mempersiapkan bekal dan hanya mengharap2 ampunan saja.

Salam bahagia,
Taman para pencinta-Nya.

DAHSYAT NYA DOA SEBELUM BERBUKA PUASA


Doa

Ada suatu waktu yang mustajab untuk berdoa, dimana doa tersebut tidak akan ditolak oleh Allah SWT, yaitu berdoa saat "menjelang berbuka puasa" dan "menjelang makan sahur", namun sayang banyak kaum muslimin tidak mengetahuinya.

Di Mekkah & Madinah, satu jam sebelum adzan maghrib orang-orang sudah menengadahkan tangan ke langit berdoa untuk kemudahan dari segala hajat, baik hajat dunia maupun akhirat, mereka berdoa dengan syahdu sepenuh keyakinan, sampai-sampai air mata mereka mengalir deras.

Ya, berdoa meminta kpd Allah Yang Maha Kaya.

Kesalahan yang dilakukan kaum muslimin kita di sini (Indonesia) yaitu dengan menyia-nyiakan waktu yang sangat mustajab ini dengan cara ngabuburit menjelang adzan maghrib!!! Kemudian berkumpul menghadapi hidangan berbuka dan mereka sudah merasa cukup dengan hanya membaca, "Allahuma lakasumtu... atau dzahaba zhoma'u...", padahal hanya mencakup maknanya berupa laporan dan ucapan syukur.

Setelah kita memahaminya, hendaknya minimal 10 ~ 15 menit sebelum adzan maghrib (sudah dalam keadaan berwudhu) kemudian berdoa meminta apa saja (adabnya dengan didahului puji-pujian kepada Allah dan bershalawat atas Nabi Muhammad SAW, karena Allah SWT menggaransi bahwa do'a-do'a tersebut akan dikabulkan..." Allah sesuai prasangka hamba kepada-Nya".

Manfaatkanlah waktumu sobat, bukan hanya demi santapan atau berburu makanan saat jelang buka.

Berdo'alah untuk diri kita, keluarga kita, orangtua kita, sahabat kita, negeri kita.

Musuh-musuh Islam tahu betapa hebat ummat Muhammad SAW bila mereka berdo'a kepada Rabbnya disaat menjelang berbuka.

Karena itu, mereka buat tipu daya untuk melalaikannya dengan program-program TV dan media lainnya di waktu-waktu yang mustajab yaitu menjelang berbuka dan menjelang sahur (2/3 malam).

Sehingga ummat ini, mereka makan-minum, berpuasa, namun tak sempat untuk berdoa.

Semoga nasehat yang singkat ini bermanfaat bagi umat yang belum mengetahuinya.

أمـــــين يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Tips Khatam Al Qur'an Di Bulan Romadhon



Assalamualaikum....

Apa kabar sahabat tauhid? semoga kesehatan dan keimanan selalu ada untuk kalian yang istiqomah dijalan alloh, aamiin, belum ada yang bolong kan shaumnya? baguuss... Nah disini saya akan share Tips Khatam Al Qur'an Di Bulan Romadhon

 UNTUK (1) KALI KHATAM, JUMLAH YANG DIBACA :

1. Shalat Subuh     2 lembar
2. Shalat Zhuhur   2 lembar
3. Shalat 'Ashar     2 lembar
4. Shalat Maghrib 2 lembar
5. Shalat 'Isya       2 lembar

 UNTUK (2) KALI KHATAM :

1. Shalat Subuh    4 lembar
2. Shalat Zhuhur   4 lembar
3. Shalat 'Ashar     4 lembar
4. Shalat Maghrib 4 lembar
5. Shalat 'Isya        4 lembar

 UNTUK (3) KALI KHATAM :

1. Shalat Subuh    6 lembar
2. Shalat Zhuhur  6 lembar
3. Shalat 'Ashar     6 lembar
4. Shalat Maghrib 6 lembar
5. Shalat 'Isya   6 lembar

  SEBARKAN KEBAIKAN, Rasulullah SAW bersabda,

 " Barang siapa menunjukkan satu kebaikan, maka baginya pahala semisal orang yg mengikuti KENAIKAN tsb "
(HR.Al Imam Muslim,no. 1893).
Wasssalamualaikum...

Hukum Bertepuk Tangan Dalam Islam


Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan :
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah bertepuk tangan dalam suatu acara atau pesta diperbolehkan, ataukah itu termasuk pebuatan makruh?

Jawaban :
"Bertepuk tangan dalam suatu pesta merupakan perbuatan jahiliyah, dan setidaknya perbuatan itu adalah perbuatan yang makruh. Tetapi secara jelas dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur'an menunjukkan bahwa hal itu adalah perbuatan yang diharamkan dalam agama Islam; karena kaum muslimin dilarang mengikuti ataupun menyerupai perbuatan orang-orang kafir. Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman tentang sifat orang-orang kafir penduduk Makkah,

وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً

"Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepukan tangan." [Al-Anfal: 35]

Para ulama berkata,
"Al-Muka' mengandung pengertian bersiul, sedangkan At-Tashdiyah mengandung pengertian bertepuk tangan. Adapun perbuatan yang disunnahkan bagi kaum muslimin adalah jika mereka melihat atau mendengar sesuatu yang membuat mereka takjub, hendaklah mereka mengucapkan Subhanallah atau Allahu Akbar sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits shahih dari Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.
Bertepuk tangan hanya disyariatkan khusus bagi kaum wanita ketika mendapatkan seorang imam melakukan suatu kesalahan di dalam shalat saat mereka melaksanakan shalat berjamaah bersama kaum pria, maka kaum wanita disyariatkan untuk mengingatkan kesalahan imam dengan cara bertepuk tangan, sedangkan kaum pria memperingatkannya dengan cara bertasbih (mengucap kata Subhanallah) sebagaimana yang disebutkan dalam hadits dari Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam . Maka jelaslah bahwa bertepuk tangan bagi kaum pria merupakan penyerupaan terhadap perbuatan orang-orang kafir dan perbuatan wanita, sehingga bertepuk tangan dalam suatu pesta -baik kaum pria maupun wanita- adalah dilarang menurut syariat. Semoga Allah memberi petunjuk."

[Fatawa Mu'ashirah, hal. 67, Syaikh Ibn Baz]

NASEHAT INDAH USTADZ YAZID BIN ABDUL QODIR JAWAS


  • Jangan berharap kepada manusia, karena engkau kan kecewa. Berharaplah kepada Allah, niscaya engkau tidak akan pernah kecewa. 
  • Manusia yang mulia adalah yang dia bangun disepertiga malam terakhir, kemudian meminta kepada Allah. Jangan lewatkan waktumu untuk berbuat maksiat, karena tak tahu kapan ajalmu kan menjemput. Sehingga kematianmu menjadi su'ul khothimah.
  • Hidupmu di dunia ibarat satu hari atau setengah hari dibandingkan kehidupanmu di akherat kelak, persiapkanlah bekalmu, dan sebaik2 bekal adalah taqwa
  • Infakkanlah hartamu. Karena penyimpanan harta yang sesungguhnya adalah yang akan engkau bawa sampai mati, bukan yang engkau simpan untuk duniamu.  
  •  Jangan engkau tunda pekerjaan pagimu untuk sore harimu, niscaya banyak pekerjaan yang akan engkau selesaikan. 
  • Aturlah waktumu sebaik mungkin, kapan mengurus pekerjaan rumah tanggamu, kapan engkau membaca al qur'an, kapan engkau membaca buku yang bermanfaat dan pekerjaan lainnya. 
  • Orang yang tertipu adalah orang yang tidak dapat memanfaatkan waktu luangnya padahal dia dalam kondisi sehat. 
  • Sesungguhnya setelah waktu luang akan ada waktu sibuk, setelah sehat akan ada masa sakit ... manfaatkanlah masa sehatmu dan waktu luangmu sebaik mungkin. 
  • Sesungguhnya masa sakitmu dibandingkan masa sehatmu lebih banyak waktu sehatmu. Coba ingat berapa lama kamu sakit? Seminggu? Sebulan? Setahun? Bandingkan dengan masa sehatmu! Bersyukurlah 
  • Janganlah engkau merasa aman dari perbuatan maksiat yang engkau lakukan secara diam-diam. Jika istri, suami atau orang lain tak ada yang mengetahui, akan tetapi Allah mengetahui perbuatanmu. Dan kelak perbuatanmu akan dipertanggungjawabkan.  
  • Apabila perbuatan maksiat sudah engkau lakukan, menyesal lah! Bertobatlah! Bertaubat dengan sebaik - baik taubat. Janganlah engkau ulangi. Tegakkanlah sholat niscaya akan menghapusnya. Berbuat baiklah kepada orangtuamu niscaya akan menghapus dosa-dosamu.
  •  Berdo'alah. Sesungguhnya do'a yang paling banyak diiucapkan nabi shalalallahu 'alaihi wa sallam adalah - Ya muqollibal quluub, tsabbit qolbii' alaa diinik - Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agamaMu. 
  • Jangan engkau tinggalkan setelah sholat shubuh sebuah do'a - Allohumma innii as aluka 'ilman naa fi'an wa Rizqon thoyyiban wa'amalan mutaqobbalaan - Ya Allah aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima. 
  • Bacalah dzikir pagi dan sore, dia hanya meminta waktumu 10 menit. Kau bisa melakukan disela2 aktivitasmu. 
  • Bacalah buku yang bermanfaat. Karena ia dapat menghantarkanmu kepada kebaikan. Bacalah buku 4 jam dalam sehari. 
  • Manusia yang paling utama adalah yang baik akhlaknya. Dan manusia yang paling cerdas adalah yang selalu mengingat mati dan mempersiapkan bekal menghadapi kehidupan setelah kematian. 
  • Janganlah engkau panjang angan-angan untuk kehidupan duniamu. Ketika usahamu telah mencukupi kebutuhan hidupmu, tak usah engkau tambahkan beban hidupmu dengan berutang untuk memperluas usahamu. Karena bisa jadi engkau akan mati meninggalkan hutang dan sesungguhnya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tak bersedia menyolati jenazah orang yang mati meninggalkan hutang. 
  • Dapat engkau melakukan hal-hal mubah seperti menjaga kesehatan badanmu, akan tetapi janganlah hal tersebut membuatmu lupa menjaga kesehatan hatimu
  • Berikan rasa cintamu untuk orang-orang shalih, bukan untuk orang-orang kafir. 
  • Terakhir, maafkanlah orang yang telah menyakiti hatimu
 Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini , semoga bermanfaat. Jazakumullahu khoiron.

Amalan Penyempurna dan Penghapus Pahala Ibadah Puasa Ramadhan

Amalan Penyempurna dan Penghapus Pahala Ibadah Puasa Ramadhan
Amalan Penyempurna dan Penghapus Pahala Ibadah Puasa Ramadhan.

KITA, insya Allah, mulai puasa Ramadhan tahun ini Sabtu 27 Mei 2017. Insya Allah kita sudah membekali diri dengan Ilmu Ibadah Ramadhan plus Jadwal Imsakiyah sebagai panduan.

Selama Ramadhan, ibadah utama kita, umat Islam, adalah PUASA atau SHAUM, yakni tidak makan, minum, dan tidak melakukan hal-hal lain yang membatalkan ibadah puasa sejak awal waktu Subuh hingga awal waktu Magrib.

Puasa adalah amalan ibadah utama selama Ramadhan. Pahalanya pun dilipatgandakan lebih besar dibandingkan pahala amal kebaikan lainnya.

Jika pahala satu kebaikan biasanya dilipatgandakan oleh Allah SWT menjadi 10 kebaikan hingga 700 kali lipat, maka puasa lebih besar dari itu, sebagaimana hadits shahih:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah 'Azza wa Jalla  berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pahala yang lebih besar itu antara lain tergambar dalam hadits shahih yang lainnya, yakni dihapusnya semua dosa yang telah lalu.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Amalan Penyempurna Puasa Ramadhan

Selain puasa (shaum) sebagai amal ibadah utama selama bulan Ramadhan, ada beberapa amal ibadah lain yang menjadi "amaliyah khas" Ramadhan sebagaimana dicontohkan Rasulullah Saw guna menyempurnakan ibadah puasa.

TARAWIH, Shalat Malam Khusus Ramadhan.

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Selama Ramadhan, shalat malam yang dikenal dengan Qiyamul Lail atau Shalat Tahajud, waktunya diawalkan, yakni ba'da Isya, karena saat dinihari Allah dan Rasul-Nya memberi kesempatan untuk santap makan sahur yang penuh berkah.

SEDEKAH

Sedekah adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas, tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah tidak hanya berarti menyumbangkan harta, namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik, seperti menolong sesama, senyum, memaafkan, membela kaum lemah yang terzhalimi, termasuk mengucapkan dzikir berupa kalimah thayibah.
.
Rasulullah Saw adalah manusia paling dermawan  dan lebih demawan lagi saat bulan Ramadhan karena sedekah paling utama adalah bulan Ramadhan. Artinya, beliau lebih banyak memberi, membantu, dan beramal shalih (berbuat kebaikan) selama Ramadhan.

"Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas)

Di antara bentuk sedekah berupa materi selama Ramadhan adalah memberi makan atau menyediakan makanan dan minuman bagi orang yang berpuasa.

"Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun" (HR. Ahmad dan Nasai).

"Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya." (HR Salman r.a.)

TADARUS

Tadarus adalah membaca, memahami, dan mengkaji Al-Quran. Khatam Quran selama Ramadhan menjadi amal penyempurna puasa Ramadhan sebagaimana dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat.

I'TIKAF

I'tikaf adalah tinggal di masjid di 10 terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah Saw senantiasa beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Pada tahun akan diwafatkannya, beliau beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim).  

I'tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan; berupa tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya.  Dianjurkan i'tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah untuk mendapatkan Lailatul Qadar

UMROH

Pahala umrah pada bulan Ramadhan sama dengan pahala ibadah haji dan senilai dengan ibadah haji bersama Rasulullah Saw.

عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ

"Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji." (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, "seperti haji bersamaku." Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

DZIKIR

Amalan lainnya yang menyempurnakan puasa Ramadhan adalah memperbanyak Dzikir, Doa dan Istighfar.

Amalan Penghapus Pahala Puasa

Selain amalan penyempurna ibadah puasa, ada juga amalan penghapus pahala ibadah puasa, sebagaimana sinyalemen hadits:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ

"Betapa banyak orang yang berpuasa, ia tidak mendapat apa-apa kecuali rasa lapar” (HR. Ibnu Majah)

Artinya, ada amalan yang bisa membatalkan atau menghapuskan pahala ibadah puasa Ramadhan, yakni sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih:
  1. Berbohong/berdusta.
  2. Berkata kotor seperti caci-maki
  3. Membuat kegaduhan atau keributan
  4. Bertengkar
  5. Menyakiti orang lain/berbuat zhalim atau aniaya
  6. Membicarakan/membuka aib orang lain tanpa hak.
Puasanya sendiri sah, tidak batal secara fiqih akibat perbuatan di atas, namun secara hakikat puasanya hanya formalitas belaka untuk memenuhi kewajiban sebagai Muslim, namun tidak ada pahalanya.

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu) 

Ada pendapat, hadits tersebut bahkan merupakan kiasan bahwa Allah tidak menerima ibadah puasa tersebut alias tidak memberinya pahala.

"Jika pada hari salah seorang kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membuat kegaduhan, dan juga tidak melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada orang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim).

"Enam perkara yang bisa melebur amal kebaikan: sibuk mencari keburukan/aib orang lain, keras hati, terlalu cinta dunia, sedikit rasa malu, panjang lamunan /khayalan, dan kedhaliman yang tidak pernah berhenti.” (HR ad-Dailami dari Adi bin Hatim).

Demikian Amalan Penyempurna dan Penghapus Pahala Ibadah Puasa Ramadhan. Semoga kita mampu mengamalkannya. Amin Ya Robbal 'Alamin. Wallahu a'lam bish-showabi. (www.risalahislam.com).*

Awal Ramadhan 1438 H Serentak Sabtu 27 Mei 2017 M

Awal Ramadhan 1438 H Serentak Sabtu 27 Mei 2017 M. Sidang Isbat dilakukan Jumat 26 Mei.

Awal Ramadhan 1438 H Serentak Sabtu 27 Mei 2017 M
AWAL puasa Ramadhan 1438 H dipastikan serentak mulai hari Sabtu 27 Mei 2017. Kepastian awal Ramadhan sama antara penetapan pemerintah dan ormas Islam itu dikemukakan ‪Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin.

"Umat Islam akan melaksanakan awal ibadah puasa Ramadhan tahun ini secara serentak,” katanya,  Selasa (23/5/2017).

Sebelumnya, ormas Islam Muhammadiyah sudah menetapkan awal Ramadhan 1438 H jatuh pada 27 Mei 2017. Keputusan tersebut diambil berdasarkan hisab wujudul hilal yang menjadi pedoman ormas tersebut.

Menurut Thomas, posisi hilal pada saat matahari terbenam pada Jumat, 26 Mei 2017 sudah berada di atas ufuk yakni tiga derajat. “Ketinggian hilal tersebut sudah melewati batas kriteria ketinggian Nahdlatul Ulama (NU) yang di atas dua derajat,” terangnya dikutip Pos Kota.

Oleh sebab itu, Thomas memastikan umat Islam Indonesia akan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan secara serentak mulai Sabtu 27 Mei 2017 dan shalat Tarawih dimulai Jumat (26/5/2017) malam.

Namun demikian, ia berharap umat Islam tetap menunggu pengumuman dari Menteri Agama (Menag) tentang awal Ramadhan yang akan diumumkan setelah hasil Sidang Isbat.

Thomas juga memastikan, sampai 2021 posisi bulan pada saat hari rukyat, umumnya di atas dua derajat, di luar rentang 0-2 derajat. Sehingga ada potensi keseragaman penentuan awal Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah.

Awal Puasa Ramadhan Karim
Dengan demikian, awal Ramadhan atau awal puasa sejak 2017 hingga 2021 dipastikan serentak atau sama, tidak lagi ada perbedaan di antara ormas Islam dan pemerintah.

Kementerian Agama sendiri akan menggelar Sidang Isbat penetapan awal Ramadhan 1438 H pada Jumat 26 Mei 2017 mulai Pkl 17.00 WIB.
Sidang Isbat dilakukan tentunya untuk menentukan awal Ramadhan dengan melakukan pemantauan hiilal yang berada di 77 titik yang tersebar diseluruh Indonesia. Dengan melihat hilal tersebut, nantinya awal puasa bisa diketahui dan akan diumumkan secara resmi oleh pemerintah melalui Kemenag.

Sidang Isbat biasanya diawali dengan sesi prasidang, berupa pemaparan posisi hilal awal Ramadan 1438 H oleh anggota tim hisab rukyat.

Usai Magrib, sidang isbat penetapan awal Ramadhan dilanjutkan dengan pembukaan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, lalu laporan data hisab dan pelaksanaan rukyatul hilal oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah. 

Hasil sidang isbat berupa penetapan awal Ramadhan atau awal puasa akan disampaikan kepada masyarakat melalui konferensi pers.*

Baca Juga:

Sidang Isbat Awal Ramadan 1438 H Digelar Jumat 26 Mei 2017

Sidang Isbat Awal Ramadan 1438 H Digelar Jumat 26 Mei 2017
Sidang Isbat Awal Ramadan 1438 H Diprediksi Menetapkan Awal Puasa Jatuh Pada Hari Sabtu 27 Mei 2017.

ORMAS Islam Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan 1438 H jatuh pada hari Sabtu 27 Mei 2017. Kementerian Agama RI juga secara resmi sudah mengeluarkan Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1438 H.

Pemerintah baru akan menetapkan awal Ramadhan 1438 Hijriyah melalui sidang isbat (penetapan) awal dan akhir Ramadhan pada Jumat 26 Mei 2017. Kemungkinan hasil sidang isbat juga menetapkan awal Ramadhan jatuh pada hari Sabtu 27 Mei 2017.

Dilansir Liputan6, Kementerian Agama melalui Ditjen Bimas Islam akan menggelar sidang isbat (penetapan) awal Ramadan 1438H/2017 M. Sidang akan digelar pada Jumat, 26 Mei 2017.

Melalui sidang isbat tersebut, Kemenag akan menetapkan waktu awal puasa Ramadhan tahun ini.

"Sidang isbat awal Ramadan akan dilaksanakan pada Jumat, 26 Mei 2017 M di Jakarta," kata Plt Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin, usai rapat persiapan Itsbat Awal Ramadan 1438H di Jakarta, Rabu (17/5/2017).

Menurut Kamaruddin, sidang isbat awal Ramadhan 2017 akan dihadiri duta besar negara-negara sahabat, perwakilan DPR RI, Mahkamah Agung, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan ormas-ormas Islam.

Selain itu, dalam sidang isbat penetapan awal Ramadhan ini juga akan hadir dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), Planetarium, Pakar Falak dari Ormas-ormas Islam, Pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama, dan Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama.

Dijelaskan, proses sidang akan dimulai pukul 17.00 WIB dengan diawali pemaparan Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama tentang posisi hilal menjelang awal Ramadan 1438H. Proses sidang isbat dijadwalkan berlangsung selepas salat Maghrib setelah adanya laporan hasil rukyatul hilal dari lokasi pemantauan.

"Hasil Rukyatul Hilal dan Data Hisab Posisi Hilal awal Ramadan 1438H akan dimusyawarahkan dalam sidang isbat untuk kemudian diambil keputusan penentuan awal Ramadan 1438H," terang Kamaruddin.

"Sidangnya tertutup, sebagaimana isbat awal Ramadan dan awal Syawal tahun lalu. Hasilnya disampaikan secara terbuka dalam konferensi pers setelah sidang," sambung dia.

Kamaruddin menambahkan, Kementerian Agama akan menurunkan sejumlah pemantau hilal Ramadan 1438H di seluruh provinsi di Indonesia. Mereka berasal dari petugas Kanwil Kementerian Agama dan Kemenag Kabupaten/Kota yang bekerja sama dengan Pengadilan Agama, ormas Islam, serta instansi terkait setempat.

Sebelumnya, awal Ramdhan kemungkinan sama di kalangan ormas Islam, terutama NU dan Muhammadiyah. Dilansir Radar Pekalongan, penentuan awal puasa 1 Ramadan 1438 H (2017 Masehi) antara pemerintah dan dua ormas Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadoyah, diprediksi akan sama, yakni jatuh pada 27 Mei mendatang.

Menurut Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan Dr H Ade Dedi Rohayana MAg, di sela-sela kegiatan Seminar Imsakiyah Ramadan 1438 H/2017 M di Pekalongan, Sabtu (6/5/2017), berdasarkan informasi dari para ahli, diperkirakan NU maupun Muhammadiyah akan sama penentuan 1 Ramadan 1438 Hijriyah, yakni tanggal 27 Mei mendatang.

"Tetapi memang untuk memastikannya, menunggu hasil rukyatul hilal,” katanya.

Penentuan jatuhnya awal puasa Ramadan yang berbarengan antara Muhammadiyah dan NU, bahkan diperkirakan tidak hanya akan sama untuk tahun ini saja. Diperkirakan sampai tahun 2022 mendatang kemungkinan besar penetapan 1 Ramadan akan sama. (www.risalahislam.com).*

Link: Panduan Puasa Ramadhan

Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 1438 H / 2017 M

Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 1438 H / 2017 M
Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 1438 H / 2017 M untuk Jakarta, Bandung, dan Kota Lain di Indonesia.

Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 1438 H / 2017 M harus kita miliki agar tepat waktu dalam melaksanakan ibadah shaum selama sebulan penuh, khususnya waktu mulai puasa --dikenal dengan IMSAK-- dan saat berbuka puasa atau "menyegerakan berbuka puasa" --dikenal dengan TA'JIL.

IMSAK adalah saat atau waktu memulai berpuasa --menahan diri dari makan, minum, dan hal yang dilarang selama puasa atau yang membatalkan shaum.

Untuk jaga-jaga biar nggak "kebablasan", ulama kita sejak dulu menyebutkan WAKTU IMSAK, yaitu 10 menit sebelum waktu Shalat Subuh. Kita tidak dilarang makan-minum selama 10 menit sebelum tiba waktu Subuh itu, namun sebaiknya sudah tidak lagi beraktivitas sahur untuk kehati-hatian.

TA'JIL artinya menyegerakan berbuka puasa, sebagaimana disunahkan Rasulullah Saw. Ta'jil artinya bukan makanan atau waktu berbuka, tapi "cepat-cepat buka puasa". Namun, belakangan Ta'jil identik dengan makanan berbuka puasa.

Sebenarnya, Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 1438 H / 2017 M adalah sama dengan Jadwal Waktu Shalat SUBUH dan MAGRIB.



Saat waktu Subuh tiba, itulah saatnya menahan diri dari makan-minum dan yang memabatalkan puasa lainnya (imsak). Saat waktu Maghrib tiba, itulah saatnya kita menyegerakan berbuka puasa (Ta'jil).

Jadi, Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 1438 H / 2017 M pada dasarnya adalah Jadwal Waktu Shalat Subuh dan Maghrib.

Berikut ini Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1438 H / 2017 M resmi sebagaimana dirilis Kementerian Agama RI untuk Jakarta dan Bandung.

Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 1438 H / 2017 M

Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 1438 H / 2017 M


Untuk Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan KOTA LAINNYA di Indonesia, dapat diunduh di situs resmi Informasi Hisab Rukyat Kemenag RI.

Demikian informasi Jadwal Imsakiyah Puasa Ramadhan 1438 H / 2017 M untuk Jakarta, Bandung, dan Kota Lain di Indonesia. (www.risalahislam.com).*

Bekali Diri dengan Ilmu Puasa Ramadhan Mulai Sekarang

Bekali Diri dengan Ilmu Puasa Ramadhan Mulai Sekarang Agar 3 Syarat Diterima Amal Terpenuhi.


Bekali Diri dengan Ilmu Puasa Ramadhan
BULAN suci Ramadhan segera tiba. Di bulan itu umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Muhammadiyah menetapkan Awal Puasa Ramadhan 1438 H jatuh pada hari Sabtu 27 Mei 2017.

Kita, umat Islam, akan melaksakan Rukun Islam keempat (puasa/shaum) itu selama sebulan penuh. Karana ibadah puasa fardu/shaum wajib itu kita lakukan setahun sekali, kemungkinan kita terlupa dengan syarat dan rukun puasa.

Karenanya, selayaknya kita Bekali Diri dengan Ilmu Puasa Ramadhan Mulai Sekarang, jangan sesudah masuk bulan Ramadhan.

Ibarat pemain yang akan bertanding, maka sang pemain harus sudah tahu aturan permainan sebelum bertanding.

Kita pun demikian. Kita akan puasa Ramadan, maka sebelum masuk ke awal Ramadhan atau hari pertama bulan Ramadhan, kita harus sudah tahu "aturan main" puasa, meliputi hukum, syarat, dan rukunnya, sehingga puasa kita sah dan ibadah shaum kita diterima oleh Allah SWT.

Para DKM Masjid, majelis-majelis taklim, diharapkan mengangkat tema Puasa Ramadhan sebelum awal Ramadhan tiba. Jangan sampai tema puasa Ramadhan justru dibahas saat ceramah tarawih atau khotbah Jumat selama bulan puasa, saat umat Islam justru sedang melaksanakannya.

Kalaupun tema puasa Ramadhan dibahas, hanya sekilas, karena jamaah sudah dibelaki ilmu Puasa Ramadhan sebelum memasuki awal Ramadhan.

Ilmu Puasa Ramadhan : Syarat Diterima Amal

Ilmu atau "tahu ilmunya" merupakan salah satu syarat diterimanya amal ibadah kita oleh Allah SWT. Menurut para ulama, berdasarjan Al Quran dan Hadits, ada tiga syarat diterima amal ibadah oleh Allah SWT:
  1. Ilmu
  2. Ikhlas
  3. Sunnah
Ikhlas yaitu ibadah dilakukan secara ikhlas, dengan kesadaran sendiri, dan semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuju ataupun karena dipaksa.

"Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, lagi tetap teguh di atas tauhid; dan supaya mereka mendirikan shalat serta memberi zakat. Dan yang demikian itulah Agama yang benar" (QS. Al-Bayyinah:5)

Ilmu yaitu amal ibadah yang dilakukan disertai ilmunya, yakni syarat dan rukun sahnya amalan.

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya" (QS. Al-Israa':36).

Umar bin Khattab pernah mengatakan, "Siapa yang beribadah tanpa disertai ilmunya, maka ibadahnya tertolak dan tidak diterima."

Sunah artinya amal ibadah dilakukan sesuai dengan Sunnah Rasulullah Saw. Tata caran ibadah harus sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya  Ibadah yang dilakukan harus sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat.

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari, dari Malik bin Al-Huwairits).

“Barangsiapa yang mengadakan sesuatu dalam perkara kami ini yang tidak ada tuntunan (Islam) di dalamnya maka ditolak.” (Muttafaq 'alayh)

Semoga kita bisa membelaki diri dengan ilmu puasa sebelum masuk bulan Ramadhan. Demikian juga dengan ilmu-ilmu tentang jenis ibadah lainnya, agar ketiga syarat diterima amal ibadah tadi dipenuhi. Semoga kita bisa melaksanakannya. Amin! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

Link: Panduan Ibadah Puasa Ramadhan

Awal Puasa Ramadhan 1438 H Sabtu 27 Mei 2017

Awal Puasa Ramadhan 1438 H Sabtu 27 Mei 2017
Muhammadiyah menetapkan Awal Puasa Ramadhan 1438 H Sabtu 27 Mei 2017.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan awal puasa Ramadhan atau tanggal 1 Ramadan 1438 Hijriah jatuh pada hari Sabtu 27 Mei 2017.

"Tanggal 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu Pahing, 27 Mei 2017 Masehi," kata Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Prof Dr H Syamsul Anwar dikutip Viva.

Dikemukakan, Majelis Tarjih dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Ramadan 1438 Hijriyah jatuh pada Sabtu Pahing 27 Mei 2017 Miladiyah (Masehi). Hal itu, berdasarkan perhitungan ijtimak jelang Ramadan 1438 Hijriyah terjadi pada Jumat Legi 26 Mei 2017 Miladiyah terjadi pada pukul 02.46 WIB.

“Tinggi bulan pada saat matahari terbenam untuk Kota Yogyakarta, +08 derajat 22’ 59” yang berarti hilal sudah terwujud. Di seluruh Indonesia, saat matahari terbenam, posisi bulan sudah berada di atas ufuk,” kata Syamsul Anwar kepada wartawan, Selasa (14/4/2017).

Hari Lebaran atau Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriyah akan bertepatan dengan Ahad Legi 25 Juni 2017 Miladiyah.

“Tinggi bulan saat matahari terbenam pada hari Sabtu Kliwon 24 Juni 2017 itu, +03 derajat 46’31” yang berarti hilal sudah wujud,” katanya.

Syamsul menjelaskan di seluruh Indonesia pada saat matahari terbenam posisi bulan sudah di atas ufuk. Sedangkan untuk Dzulhijjah 1438 Hijriyah, lanjutnya, ijtimak jelang Dzulhijjah terjadi pada Selasa Wage, 22 Agustus 2017 Miladiyah pukul 01.32 WIB.

Awal Puasa Ramadhan 1438 H Sabtu 27 Mei 2017


Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah KH Din Syamsuddin memperkirakan, penetapan awal Ramadan 2017 di Indonesia tak akan mengalami perbedaan hingga tahun 2023.

Dikatakannya, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) serta pemerintah memang masih memakai metode berbeda dalam menentukan awal bulan puasa Ramadhan.

"Menurut perhitungan kami, sampai tahun 2023 akan ada persamaan penetapan awal Ramadhan.
Kalau masih tidak sama, itu wilayah toleransi. Tidak perlu ada perpecahan karena itu," kata Din, Kamis (11/5/2017).

Din meminta umat Islam tidak berpecah lantaran perbedaan metode penetapan awal bulan tersebut. Sebab, masing-masing kelompok dan pemerintah memiliki dasar hukum yang sama, yakni mengacu Al Qur'an dan Hadits.

Menurutnya, Muhammadiyah juga melakukan rukyat dalam menentukan awal puasa. Perbedaannya, kata Din, pada kelompok lain rukyat dilakukan dengan mengamati visibilitas hilal dengan mata telanjang (rukyat bil ain).

Muhammadiyah melihat hilal untuk menentukan awal bulan melalui perhitungan matematis dan astronomis (rukyat bil aqli).

"Karena keduanya, baik pancaindera maupun akal adalah hidayah karunia Allah. Jadi perbedaan itu tidak perlu dipersoalkan," ujarnya.

Kemungkinan besar Awal Puasa Ramadhan 1438 H di Indonesia akan serentak Sabtu 27 Mei 2017. Kepastiannya ditentukan sidang isbat (penetapan) yang biasa dilakukan Kementerian Agama bersama MUI dan ormas Islam. (risalahislam.com/detik.com/viva.co.id).*

Lihat: Panduan Puasa Ramadhan

Cinta dan Benci dalam Pandangan Islam

Hadits tentang Cinta dan Benci
Cinta dan Benci dalam Pandangan Islam.

CINTA (love) dan benci (hate) akan melahirkan sikap yang berbeda.

Cinta akan melahirkan sikap a.l. memuji, melindungi, membela, membuat yang dicintai senang, mematuhi, dan selalu mengingat namanya.

Sebaliknya, benci akan melahirkan sikap a.l. menjelekkan, memburukkan, menjauhi, mencemooh, tidak akan mematuhi atau menuruti, dan berusaha melupakan namanya.

Cinta dan benci merupakan fitrah manusia. Bagaimana risalah Islam memberikan pedoman dalam hal cinta dan benci ini?

Dalam Islam, cinta dan benci harus karena Allah SWT. Kita mencintai sesuatu atau seseorang, harus karena Allah SWT. Demikian juga dalam hal benci.

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Dzar berkata : Rasulullah saw bersabda,”Sebaik-baik amal adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.”

Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Anas dari Nabi saw, dia berkata, "Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk neraka."

Cinta pada seseorang, dalam arti cinta asmara, harus berdasarkan karena Allah SWT, yakni ketaatannya kepada Allah SWT.

Wanita cantik layak dicintai, namun jika beda agama dan tidak taat kepada Allah SWT, akan membawa kesengsaraan, bukan kebahagiaan.

Cinta karena Allah adalah cinta dan sayang pada sesama makhluk yang tidak berlawanan dengan syariah

Berikut ini beberapa hadits Shahih tentang Cinta dan Benci dalam pandangan Islam.

1. Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah. (HR. Ath-Thabrani)

2. Barangsiapa ingin dicintai Allah dan rasulNya hendaklah dia berbicara benar (jujur), menepati amanat dan tidak mengganggu tetangganya. (HR. Al-Baihaqi)
3. Barangsiapa mengutamakan kecintaan Allah atas kecintaan manusia maka Allah akan melindunginya dari beban gangguan manusia. (HR. Ad-Dailami)

4. Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

5. Cinta berkelanjutan (diwariskan) dan benci berkelanjutan (diwariskan). (HR. Bukhari)

6. Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya. (HR. Al Hakim).

Jadi,  Cinta dan Benci dalam Pandangan Islam harus berdasarkan karena Allah SWT. Kita mencintai karena Allah SWT juga cinta. Kita benci karena Allah SWT juga membencinya. Wallahu a'lam bish-shawabi.

Sumber: Dr. Muhammad Faiz Almath, “1100 Hadits Terpilih”, Penerbit: Gema Insani Press, 1991

Kaum Munafik: Musuh Umat Islam Paling Berbahaya

Kaum Munafik Musuh Umat Islam Paling Berbahaya
Orang munafik adalah orang yang bermuka dua, mengaku beriman padahal hatinya engkar (kufur dan syirik) dan sikapnya memusuhi kaum Muslim.

KAUM munafik (munafiq) Musuh Umat Islam Paling Berbahaya. Kaum munafik ibarat musuh dalam selimut. Mereka mengaku Muslim, padahal hatinya tidak beriman atau perilakunya justru memusuhi kaum Muslim.

Seperti pada zaman Rasulullah Saw, kaum munafik itu mengaku Muslim ketika berada di tengah-tengah umat Islam, mereka ikut shalat dan pengajian bersama Rasul Saw, namun ketika di luar jamaah kaum Muslim, ketika mereka berada di tengah-tengah kaum kafir, mereka ikut bersiasat dan bersikap memusuhi kaum Muslim.

Ciri orang munafik bukan hanya tiga, sebagaimana disebutkan dalam hadist shahih yang populer, yakni suka berbohong, ingkar janji, dan mengkhianati kepercayaan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercayai mengkhianati” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam Shirah Nabiyah disebutkan,  kaum munafik muncul setelah peristiwa perang Badar. Saat itu di Makkah belum dijumpai orang-orang munafik. 

Setelah peristiwa perang Badar antara kaum Muslim vs kaum kafir yang dimenangkan oleh kaum Muslim, sejak saat itulah bermunculan orang-orang kafir berpura-pura memeluk Islam, padahal hati mereka menyembunyikan kekufuran. Inilah yang disebut orang-orang munafik.

“Apabila mereka menjumpai orang-orang mukmin, mereka berkata, ‘Kami telah beriman.’ Namun jika mereka menyendiri beserta dedengkot-dedengkotnya, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami di pihak kalian. Hanya saja kami hendak mengolok-olok kaum mukmin.’ Allah akan mengolok-olok mereka dan menelantarkan mereka dalam kedurhakaan, sedangkan mereka dalam keadaan bimbang” (QS: 2: 14-15).

“Apabila orang-orang munafik mendatangimu (Muhammad), mereka akan berkata, ‘Kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkaulah utusan Allah.’ Dan Allah mengetahui bahwa engkau adalah utusan Allah. Dan Allah bersaksi bahwa orang-orang munafik itu pendusta” (QS: 60: 1).

Dalam Kitab At-Tauhid, Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan, “Orang-orang munafik itu akan terus ada sepanjang masa. Apalagi tatkala kekuatan Islam nampak dan mereka benar-benar tidak bisa mengalahkannya. Saat itulah mereka memeluk Islam dengan tujuan memasang makar buat Islam dan orang-orang Islam dalam hati mereka.”

Apa yang dikatakan Syaikh Shalih di atas memang benar-benar terjadi. Berapa banyak kita jumpai manusia yang mengaku dirinya muslim namun gerak-geriknya selalu mendukung langkah pihak-pihak kaum  kafir.  Mengaku ormas Islam tapi pernyataan dan sikapnya selalu menguntungkan orang-orang kafir dan menyakiti hati kaum muslimin. Merekalah kaum munafik, bukan bagian dari kaum Muslim. Mereka menjadi penghalang urtama perjuangan umat Islam.

Karena menjadi musuh umat Islam paling berbahaya, melemahkan Islam dan kaum Muslim dari dalam, maka kaum munafik pun diancam Allah SWT dengan siksaan paling pedih:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu akan dicampakkan ke dalam kerak neraka dan kamu tidak akan melihat mereka memperoleh penolong” (QS: 4: 145).

Sikap kaum munafik, selain yang disebutkan di atas, antara lain sami'na wa hum laa yasma'uun. Mereka berkata: "kami dengar" padahal mereka tidak mendengarkan.

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berpaling dari-Nya, sedangkan kalian mendengar (perintah-perintah-Nya), dan janganlah kalian menjadi sebagai orang-orang (munafik) yang berkata, "Kami mendengar­kan, "padahal mereka tidak mendengarkan. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang tuli dan bisu yang tidak mengerti apa-apa pun. Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (QS Al-Anfaal: 20-23)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah orang-orang musyrik. Pendapat inilah yang dipilih oleh ibnu Jarir.  

Sedangkan menurut Ibnu Ishaq, yang dimaksud dengan mereka ialah orang-orang munafik, karena sesungguhnya kaum munafik menampakkan dirinya seakan-akan mereka mendengar dan menanggapinya, padahal hati mereka tidaklah demikian.

Sikap kaum munafik jelas berbeda dengan sikap kaum Muslim yang memiliki sikap dasar sami'na wa atho'na.

Jangan ragu, lawan permusuhan kaum kafir yang bersekutu dengan kaum munafik untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslim.

Semoga kita dijauhkan dari sifat nifaq dan tidak menjadi orang munafik. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi.*

Sikap Dasar Seorang Muslim Itu 'Kami Dengar dan Kami Patuh'

Sikap Dasar Seorang Muslim Itu 'Kami Dengar dan Kami Patuh'
"Islam tidak akan dapat ditegakkan kecuali dengan menggalakkan ketaatan kepada Allah SWT"

SIKAP Dasar Seorang Muslim Itu 'Kami Dengar dan Kami Patuh' (Sami'na wa Atho'na) atas perintah dan larangan Allah SWT.

Sikap siap melaksanakan perintah dan menjauhi larangan tersebut merupakan wujud nyata keimanan dan kepatuhan pada ajaran Islam.

Sikap dasar ini menjadi sumber utama kebahagiaan dan kemenangan. Mau mendengar dan patuh dilandasi keyakinan bahwa Allah SWT Mahabenar dan tidak mungkin salah. Dia selalu memberikan yang terbaik bagi umat-Nya dan melaksanakan ajaran-Nya merupakan jalan hidup terbaik.

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Mereka itulah orang-orang yang beruntung. Siapa saja yang taat kepada Allah dan rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan." (QS An-Nur [24]: 51-52).

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ


"Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “kami dengar dan kami taat" (QS Al-Baqarah: 285).

Namun, karena masih lemahnya iman, ditambah hawa nafsu dan bujukan setan, termasuk kecintaan pada hal duniawi yang berlebihan, seseorang yang mengaku Muslim atau mukmin sering mengabaikan aturan Allah SWT dan lebih memilih aturan yang lain, misalnya "alasan budaya atau adat", sebagaimana firman-Nya:

“Mereka menjawab, “Sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat atau tidak memberi nasihat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang terdahulu dan kami tdk akan diadzab” (Q.S: asy-Syuara: 136-138).

Seorang Muslim yang sudah tahu, paham, atau mendengar aturan Allah SWT, namun tidak menaatinya, maka sikap itu seperti jawaban Bani Israil (Yahudi): "kami dengar namun kami tidak menaatinya (sami’na wa ashoina)

"Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab: “Kami mendengar tetapi tidak menaati”. (QS. Al-Baqarah: 93).

Jawaban orang munafik --mengaku beriman padahal tidak-- pun demikian. Mereka berkata "kami dengar namun pura-pura tidak mendengar" (sami’na wa hum laa yasma’uun).

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, sedang kamu mendengar. Dan janganlah kamu seperti orang-orang munafik yang berkata: “kami dengar" padahal mereka tidak mendengarkan (tidak mematuhi)” (QS Al-Anfaal: 20-21).

Jadi, orang munafik itu, ketika mereka mengatakan, “kami mendengar”, sebenarnya hati mereka menolak dan mereka tidak mendengarkan (tidak taat).

Berbeda dengan kaum kafir dan kaum munafik, orang yang benar-benar beriman atau muslim sejati, akan mendengar dan menaati perintah dan larangan Allah SWT.

Dalam Tafsir Al-Jalalayn tentang QS. An-Nur:51 disebutkan:

"(Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili di antara mereka) maka jawaban yang pantas mereka katakan (ialah ucapan, "Kami mendengar dan Kami patuh") yakni mengiakan secara spontan. (Dan mereka) sejak saat itu (adalah orang-orang yang beruntung) artinya orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat."

Dalam Tafsir Al-Azhar disebutkan, Pada ayat 51 dijelaskan perbedaan jiwa yang demikian dengan jiwa orang yang beriman. Adapun orang yang beriman kepada Allah dan Rasul , apabila sekali saja datang kepadanya ajakan supaya segera dijalankan sepanjang hukum Allah dan Rasul , maka dengan sikap yang tegak dan tangkas mereka menjawab: "Kami dengar perintah itu dan kami patuhi.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan,  Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Abu Darda pernah berkata, "Islam tidak akan dapat ditegakkan kecuali dengan menggalakkan ketaatan kepada Allah. Dan tiada kebaikan kecuali dalam jamaah dan berikhlas diri kepada Allah dan Rasul-Nya, serta bernasihat kepada khalifah dan kaum mukmin seluruhnya."
 
 Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Umar ibnul Khattab r.a. pernah mengatakan, "Tali Islam ialah menyatakan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan (yang wajib disembah) selain Allah, mengerjakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada orang yang dipercaya oleh Allah untuk memerintah urusan kaum muslim." Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
 
Semoga kita termasuk mukmin/muslim yang bersikap dasar "kami dengar dan kami patuh" (sami'na wa atho'na) sehingga meraih ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Amin...! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*
 

Rasulullah Saw Ingatkan Kaum Muslim yang Menolak Surga

Rasulullah Saw Ingatkan Kaum Muslim yang Menolak Surga
RASULULLAH Muhammad Saw menyebutkan ada umat Islam yang menolak surga. Dalam Islam, surga adalah "simbol" kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Rasulullah Saw menegaskan, semua umat Islam masuk surga, kecuali yang menolaknya. Dalam sebuah hadits shahih, sebagaimana tercantum dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Rasulullah Saw menyampaikan kepada sahabat: “Semua umatku masuk surga kecuali orang yang menolaknya".

Mendengar sabda beliau, para sahabat bertanya, “Siapa orang yang menolak itu, ya Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Orang yang menentang (perintah dan laranganku) adalah orang yang menolak masuk surga” (HR Bukhari).

Rasulullah Saw juga mengatakan, siksaan neraka itu sangat pedih. Yang paling ringan dari siksaan neraka adalah orang yang memakai alas kaki yang terbuat dari neraka yang panasnya akan membuat otak mendidih

"Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang memiliki dua sandal dan dua tali sandal dari api neraka, seketika otaknya mendidih karena panasnya sandal tersebut sebagaimana kuali mendidih. Orang tersebut merasa bahwa tak ada seorang pun yang siksanya lebih pedih daripadanya, padahal siksanya adalah yang paling ringan diantara mereka” (HR Muslim).

Semoga kita tidak termasuk orang yang menolak surga Allah SWT. Amin....! (www.risalahislam.com).*

Islam Itu Mudah dan Memudahkan

Islam Itu Mudah dan Memudahkan
ISLAM itu mudah dan memudahkan, tidak sulit dan tidak meyulitkan.

Umat Islam saja yang kadang menambah-nambah atau mengubah ajaran Islam sehingga menjadi terasa sulit dan menyulitkan.

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia.  Artinya, seluruh ajarannya sesuai dengan kemampuan umat manusia untuk menjalankannya.

Hanya hawa nafsu dan kuatnya godaan setan yang membuat manusia atau umat Islam mengabaikan ajaran Islam. Ketidakmengertian juga bisa menjadi sumber atau faktor tidak diamalkannya ajaran Islam.

Seluruh ajaran Islam sudah terbukti dapat dilaksanakan oleh manusia, sebagaimana diamalkan dengan baik oleh Rasulullah Muhammad Saw, para sahahat, tabi’in, salafus saleh, dan orang-orang saleh hingga kini.

Pada da’i atau ulama pun hendaknya menunjukkan kemudahan itu, bukan malah menjadikan ajaran Islam terasa sulit diamalkan. Proses, tahapan, dan prioritas amal dalam Islam harus disosialisaikan (didakwahkan) kepada umat.

Islam hadir bukan untuk membuat susah manusia, jutsru mempermudah hidup dan kehidupannya.

“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. 2:185).

“Sesungguhnya Allah Swt. tidak mengutusku untuk mempersulit atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan” (HR. Muslim).

"Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringanan-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan" (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra.).

Sebagaimana layaknya "petunjuk jalan", Islam memudahkan manusia untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika manusia merasa susah dalam hidupnya, bisa dipastikan, karena ia tidak mematuhi petunjuk Islam. Yang menjadikan Islam terasa berat dan susah adalah diri kita sendiri, lebih tegasnya hawa nafsu kita.

Dalam sejumlah firman-Nya, Allah Swt menegaskan, Islam tidak dimaksudkan untuk menyusahkan atau memberatkan manusia.

"Dan sesungguhnya Kami memudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah yang mengambil pelajaran?” (QS. 54:17).

"Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepada kamu supaya kamu menjadi susah" (QS. 20:2).

“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. 2:185)

Ayat-ayat di atas dengan jelas mengatakan, kesusahan, kepayahan, kesukaran, dan kesengsaraan bukanlah konsep yang dianjurkan Islam (Al-Quran). Islam adalah untuk kemudahan dan kebahagiaan manusia.

“Dan siapa yang berbuat kebaikan, lelaki atau perempuan dan dia mukmin, sungguh Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik” (QS. 16:97)

Dalam prinsip Islam, semua perintah, tanggungjawab, dan beban adalah dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan manusia. Allah Swt tidak akan membebani hamba-Nya melainkan disesuaikan dengan kemampuan manusia.

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...” (QS. Al-Baqarah:286).

Imam Ibn Qayyim menyatakan, “Hakikat ajaran Islam semuanya mengandung rahmah dan hikmah. Kalau ada yang keluar dari makna rahmah menjadi kekerasan atau keluar dari makna hikmah menjadi kesia-siaan, berarti itu bukan termasuk ajaran Islam. Kalaupun dimasukkan oleh sebagian orang, maka itu adalah kesalahkaprahan.”
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringanan-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan” (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra.).

Dalam sebuah perjalanan jauh, Rasulullah Saw pernah melihat seorang sahabat tampak lesu, lemah, dan terlihat berat. Beliau langsung bertanya apa sebabnya. Para sahabat yang lain menjawab bahwa orang itu sedang berpuasa. Maka Rasulullah Saw langsung menegaskan:

“Bukanlah termasuk kebajikan untuk berpuasa di dalam perjalanan (yang jauh)” (HR. Ibn Hibbân, dari Jâbir bin ‘AbdilLâh ra.)

Islam tidak mendukung praktek beragama yang menyulitkan. Disebutkan dalam sebuah riwayat, ketika sedang menjalankan ibadah haji, Rasulullah Saw memperhatikan ada sahabat yang terlihat sangat capek, lemah, dan menderita. Maka beliau pun bertanya apa sebabnya.

Ternyata, menurut cerita para sahabat yang lain, orang tersebut bernadzar akan naik haji dengan berjalan kaki dari Madinah ke Mekkah. Maka Rasulullah Saw langsung memberitahukan:

“Sesunguhnya Allah tidak membutuhkan tindakan penyiksaan diri sendiri, seperti yang dilakukan oleh orang itu” (HR. Bukhâri dan Muslim, dari Anas ra.).

Demikianlah, Islam sebagai agama yang rahmatan lil’ ‘alamin secara kuat mencerminkan aspek hikmah dan kemudahan dalam ajaran-ajarannya. Kita sebagai kaum muslimin, telah dipilih oleh Allah Swt untuk menikmati kemudahan-kemudahan tersebut.

Diceritakan oleh ‘Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw dalam kesehariaannya, ketika harus menentukan antara dua hal, beliau selalu memilih salah satunya yang lebih mudah, selama tidak termasuk dalam dosa (HR. Bukhâri dan Muslim).

Dalam hal shalat, misalnya, Islam memberikan keringanan dengan konsep jama' dan qoshor bagi musafir atau bagi perantau. Demikian juga dalam situasi darurat, Islam membenarkan shalat dilakukan dalam berbagai cara: berdiri, duduk, bahkan berbaring.  

Syekh Yusuf Al-Qaradhawi membahas "ekstremitas dalam Islam". Disebutkan, ada kalangan umat Islam yang menjalankan agama secara ektrem, misalnya hal yang sunnah menjadi terkesan wajib dan dan wajib justru diabaikan, soal cabang (furu') seolah merupakan hal pokok (ushul), dan sebagainya. 

Umat Islam adalah umat pertengahan atau moderat (ummatan wasathan). Karena itu, tidak ada tempat bagi “ekstremisme” dalam pemikiran dan perilaku umat Islam.

Demikian dikemukakan Al-Qaradhawi dalam bukunya, Al-Shohwah Al-Islamiyah Bain Al-Juhud Wa Al-Tatharruf (Al Ummah, Qatar 1402 H) yang diterjemahkan menjadi Islam Ekstrem, Analisis dan Pemecahannya (1992).

Menurut Al-Qaradhawi, tatharruf diniy (ekstremitas agama) adalah suatu sikap yang melampaui batas (berlebih-lebihan) dalam agama. Di antara konsekuensinya adalah lebih dekat kepada kebinasaan dan bahaya.

Dikemukakan Al-Qaradhawi, nash-nash Islam selalu menyeru kepada i’tidal (sikap moderat) dan melarang sikap berlebih-lebihan yang diistilahkan dengan ghuluw (kelewat batas), tanathu’ (sok pintar), serta tasydid (mempersulit).

Rasulullah Saw bersabda, “Hindarkanlah darimu sikap melampaui batas dalam agama karena sesungguhnya orang-orang sebeluim kamu telah binasa karenanya.”

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu memperberat dirimu, nanti Allah memperberat atas kamu. Suatu kaum telah memberati diri mereka sendiri sehingga Allah memperberat atas mereka. Lihatlah sisa-sisa hal itu seperti dalam cara hidup para pendeta kaum nasrani. “

Rasulullah Saw sendiri dalam praktek sehari-hari cenderung mempermudah umatnya. Beliau selalu meringankan shalat apabila beliau menjadi imam dalam shalat berjamaah.

Tanda-Tanda Ekstremitas dalam Beragama
Menurut Qardhawi, sikap ekstrem dalam beragama memiliki tanda-tanda:
  • Fanatik pada satu pendapat dan tidak mengakui pendapat lain. Inilah tanda yang paling mencolok dari sikap ekstrem.
  • Mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan Allah SWT.
  • Memperberat yang tidak pada tempatnya. Misalnya dengan memperkarakan sesuatu yang “berat” kepada orang yang baru masuk Islam.
  • Sikap kasar dan keras. Dalam Al-Qur’an hanya ada dua tempat untuk bersikap keras, yakni (1) di medan perang, “Perangilah orang-orang kafir sekelilingmu dan hendaklah mereka menemui kekerasanmu” (QS. 9:123) dan (2) dalam melaksanakan hukuman, “Janganlah kamu berbelas kasihan kepada keduanya (orang yang didera) sehingga mencegah kamu melaksanakan agama Allah…” (QS. 24 :2). Sementara dalam da’wah tidak ada tempat untuk sikap kasar dan keras.
  • Buruk sangka terhadap manusia. “Wahai orang-orang yang beriman, hindarilah olehmu dari kebanyakan prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa” (QS. 49 :12)
  • Terjerumus kedalam jurang pengkafiran. Ini puncak ekstremitas karena menggugurkan hak kehormatan orang lain dan menghalalkan jiwa dan harta mereka.*

Demikian kajian kita kali ini tentang Islam Itu Mudah dan Memudahkan. Wallahu a’lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*